Saturday, September 7, 2024
spot_img
HomeFilmMasa Kelam Sinema Indonesia, Banyak Film Panas Bermunculan

Masa Kelam Sinema Indonesia, Banyak Film Panas Bermunculan

Published on

spot_img

Soloevent.id – Jagat perfilman Indonesia di masa Orde Baru rupanya tidak melulu didominasi dengan propaganda militer, kisah-kisah kemiskinan, melodrama, hingga perjuangan kemerdekaan. Sejak pertengahan era ’70-an hingga mendekati tahun 2000, film-film bertemakan seks (banyak orang menyebutnya film panas) bermunculan di Tanah Air.

Puncaknya terjadi pada ’90-an. Film-film panas membanjiri bioskop. Serbuan film panas tersebut disebabkan semakin tenggelamnya perfilman dalam negeri oleh dominasi film-film asing, baik dari Hollywood maupun Hong Kong.

Film-film asing pernah dilarang sewaktu pemerintahan Presiden Soekarno di tahun ‘60-an. Tindakan tersebut bermaksud untuk menghapus pengaruh budaya Barat di Indonesia setelah masa kolonialisme panjang. Saat kekuasaan berpindah tangan ke Presiden Soeharto, larangan penayangan film asing dicabut dan film-film yang berbau kekerasan dan seksual diperbolehkan untuk ditayangkan di bioskop.



Sebenarnya, di era ’80-an, perfilman nasional memasuki masa keemasan. Bintang-bintang seperti Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady dan Desy Ratna Sari mulai bermunculan.  Film-film yang terkenal dan masih dikenang hingga sekarang, seperti Catatan Si Boy (film ini di-remake dua kali dalam versi sinetron di tahun 1998 dan 2016), Olga Sepatu Roda (film ini juga di-remake  dalam versi sinetron di tahun 1998), Blok M dan lainnya banyak tercipta.

Pada era ’80-an, ajang penghargaan tertinggi bagi insan film Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI), masih digelar.  FFI bertahan hingga tahun 1992. Selanjutnya, seiring dengan kondisi “hidup segan mati tak mau”-nya perfilman Indonesia, FFI tidak diselenggarakan.

Itu terjadi pada dekade ‘90-an, industri perfilman nasional mengalami penurunan kualitas yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema seks. Sebut saja Kenikmatan Terlarang (1996), Gairah Malam yang Pertama (1993), Ranjang yang Ternoda (1994) dan beberapa judul-judul panas lainnya sempat “menghiasi” sinema. Tema berbau seks dipilih untuk menarik minat penonton yang lebih menyukai film-film impor ketimbang film lokal.

Di masa kelam tersebut, dalam satu tahunnya, film-film Tanah Air yang diproduksi bisa dihitung dengan jari. Mati surinya industri film Indonesia juga ditunjang pesatnya perkembangan televisi swasta, serta munculnya teknologi VCD, LD, dan DVD yang menjadi pesaing baru.

Hingga akhirnya memasuki milenium kedua, perfilman Indonesia kembali bangkit dengan dirilisnya film-film bertemakan anak muda dan anak-anak, seperti Ada Apa Dengan Cinta (2002) dan Pertualangan Sherina (2000).

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Solo Grand Mall Gelar Lomba Panjat Pinang sebagai Langkah Awal Renovasi Menuju Tampilan Modern di 2025

Soloevent.id - Surakarta, 31 Agustus 2024 - Solo Grand Mall sukses menyelenggarakan Lomba Panjat...

Rakerda IHGMA Jawa Tengah 2024 Bahas Optimalisasi Potensi Lokal

Soloevent.id - Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) wilayah Jawa Tengah telah sukses menggelar...

Menyambut Seni Pertunjukan Multikultural – SIPA 2024 Day 2

Soloevent.id - SURAKARTA – Solo International Performing Arts (SIPA) 2024 kembali memukau penonton...

More like this

Kota Solo Menjadi Lokasi Pembuatan Film Air Mata di Ujung Sajadah

Soloevent.id - Film Air Mata di Ujung Sajadah mulai tayang serentak di bioskop Indonesia...

Film Nagih Janji Cinta Dengan Latar Belakang Kota Solo Tayang di Bioskop

Soloevent.id - Setelah sekian kali mengalami penundaan, akhirnya film bertajuk Nagih Janji Cinta mulai...

Lewat Film, Kota Solo Promosikan Wisata dan Budaya

Soloevent.id - Pemerintah Kota Surakarta atau Solo makin giat melakukan promosi berbagai potensi wisata...