Thursday, November 13, 2025
spot_img
HomeFilmMasa Kelam Sinema Indonesia, Banyak Film Panas Bermunculan

Masa Kelam Sinema Indonesia, Banyak Film Panas Bermunculan

Published on

- Advertisement -spot_img

Soloevent.id – Jagat perfilman Indonesia di masa Orde Baru rupanya tidak melulu didominasi dengan propaganda militer, kisah-kisah kemiskinan, melodrama, hingga perjuangan kemerdekaan. Sejak pertengahan era ’70-an hingga mendekati tahun 2000, film-film bertemakan seks (banyak orang menyebutnya film panas) bermunculan di Tanah Air.

Puncaknya terjadi pada ’90-an. Film-film panas membanjiri bioskop. Serbuan film panas tersebut disebabkan semakin tenggelamnya perfilman dalam negeri oleh dominasi film-film asing, baik dari Hollywood maupun Hong Kong.

Film-film asing pernah dilarang sewaktu pemerintahan Presiden Soekarno di tahun ‘60-an. Tindakan tersebut bermaksud untuk menghapus pengaruh budaya Barat di Indonesia setelah masa kolonialisme panjang. Saat kekuasaan berpindah tangan ke Presiden Soeharto, larangan penayangan film asing dicabut dan film-film yang berbau kekerasan dan seksual diperbolehkan untuk ditayangkan di bioskop.



Sebenarnya, di era ’80-an, perfilman nasional memasuki masa keemasan. Bintang-bintang seperti Onky Alexander, Meriam Bellina, Lydia Kandou, Nike Ardilla, Paramitha Rusady dan Desy Ratna Sari mulai bermunculan.  Film-film yang terkenal dan masih dikenang hingga sekarang, seperti Catatan Si Boy (film ini di-remake dua kali dalam versi sinetron di tahun 1998 dan 2016), Olga Sepatu Roda (film ini juga di-remake  dalam versi sinetron di tahun 1998), Blok M dan lainnya banyak tercipta.

Pada era ’80-an, ajang penghargaan tertinggi bagi insan film Indonesia, Festival Film Indonesia (FFI), masih digelar.  FFI bertahan hingga tahun 1992. Selanjutnya, seiring dengan kondisi “hidup segan mati tak mau”-nya perfilman Indonesia, FFI tidak diselenggarakan.

Itu terjadi pada dekade ‘90-an, industri perfilman nasional mengalami penurunan kualitas yang membuat hampir semua film Indonesia berkutat dalam tema-tema seks. Sebut saja Kenikmatan Terlarang (1996), Gairah Malam yang Pertama (1993), Ranjang yang Ternoda (1994) dan beberapa judul-judul panas lainnya sempat “menghiasi” sinema. Tema berbau seks dipilih untuk menarik minat penonton yang lebih menyukai film-film impor ketimbang film lokal.

Di masa kelam tersebut, dalam satu tahunnya, film-film Tanah Air yang diproduksi bisa dihitung dengan jari. Mati surinya industri film Indonesia juga ditunjang pesatnya perkembangan televisi swasta, serta munculnya teknologi VCD, LD, dan DVD yang menjadi pesaing baru.

Hingga akhirnya memasuki milenium kedua, perfilman Indonesia kembali bangkit dengan dirilisnya film-film bertemakan anak muda dan anak-anak, seperti Ada Apa Dengan Cinta (2002) dan Pertualangan Sherina (2000).

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Dekade Kreativitas: Sinema Akhir Tahun ke-10 ISI Surakarta Rayakan Inovasi Film!

Festival Film Sinema Akhir Tahun #10 resmi dibuka hari ini Rabu (12/11) di Teater...

Kirab Hajatan Ageng Jagalan 2025, Merawat Tradisi Budaya dan Angkat Potensi Kelurahan Jagalan

Soloevent.id - Kirab Hajatan Ageng (HAJ) Kelurahan Jagalan kembali digelar di Kelurahan Jagalan, Minggu...

Kirab Jenazah Paku Buwono XIII Melewati Gapuro Plengkung Gading, Gerbang yang Pantang Dilewati Raja Semasa Hidup

Soloevent.id - Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Sri Susuhunan Paku Buwono XIII (PB XIII)...

More like this

Dekade Kreativitas: Sinema Akhir Tahun ke-10 ISI Surakarta Rayakan Inovasi Film!

Festival Film Sinema Akhir Tahun #10 resmi dibuka hari ini Rabu (12/11) di Teater...

Solo Film Festival 2025, Putar Film Pendek Drama Kehidupan Berbalut Komedi

Soloevent.id - Sebuah festival film pendek diselenggarakan di Kota Solo dengan nama Solo Film...

Meet & Greet Film Ambyar Mak Byar di Solo Paragon Mall

Soloevent.id - Kesuksesan film Ambyar Mak Byar tidak hanya ditandai dengan antusiasme penggemar yang...