Soloevent.id – Tujuh hari menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat selalu mengadakan perayaan yang disebut Sekaten.
Buat kamu yang tinggal di Solo dan Yogyakarta pastinya enggak asing lagi, dong, sama acara ini? Sekaten biasanya digelar di Alun-Alun Utara Keraton.
Kali ini, Soloevent mau sedikit membahas soal Sekaten.
Asal-usul istilah Sekaten
Penamaan Sekaten ternyata punya dua versi. Versi pertama, istilah “sekaten” diambil dari bahasa Arab, “syahadatin”. Syahadat adalah kalimat yang harus dibaca oleh seseorang ketika ingin memeluk Islam. Kala itu, Wali Songo saat menyebarkan Islam, membikin Sekaten sebagai tempat menyalurkan ajaran-ajaran Islam.
Versi kedua berasal dari bahasa Jawa, “sakati”, yang bermakna dua perangkat gamelan. Oleh Keraton, sepasang gamelan tersebut dibunyikan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dua gamelan Keraton Kasunanan Surakarta dinamai Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Sedangkan sepasang gamelan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta diberi nama Kiai Guntur Madu dan Kanjeng Kiai Guntursari. Gamelan-gamelan tersebut akan dibunyikan ketika sebagai penanda dimulainya Sekaten.
Pesta rakyat dan budaya
Pergelaran Sekaten menjadi ajang pesta rakyat dan budaya. Di zaman sekarang, perayaan Sekaten sering dimeriahkan dengan wahana permainan seperti kora-kora, bianglala, komidi putar; dan ada juga kuliner khas, misalnya Es Dawet Pak Mbolon, arum manis.
Saat perayaan Sekaten, kamu juga bisa menyaksikan ditabuhnya gamelan pusaka Keraton. Gamelan itu hanya ditabuh di waktu-waktu tertentu, lo.
Banyak mainan tradisional di Sekaten
Sekaten juga identik dengan mainan tradisional. Kamu bisa menemui permainan tradisional yang mungkin sudah jarang ditemui, seperti celengan gerabah, pasaran, gasing, kapal othok-othok, dan lain-lain. Wah, bisa nostalgia, nih, sama masa kecil.
Gunungan Sekaten
Sebagai puncak Sekaten, Keraton Kasunanan Surakarta dan Keraton Kesultanan Ngayogyakarta selalu menggelar Grebeg Maulud. Acara ini ditandai dengan dikirabnya dua gunungan, yaitu Gunungan Jaler (laki-laki) dan Gunungan Estri (perempuan).
Gunungan diarak dari keraton menuju Masjid Agung. Setelah didoakan, gunungan langsung direbutkan oleh masyarakat. Mereka bahkan rela berdesakan demi mendapatkan isi gunungan yang dipercaya membawa berkah.
Tradisi Sekaten masih berlangsung hingga sekarang
Meski zaman telah berubah, tradisi Sekaten selalu ada di tiap tahun. Di era sekarang, Sekaten selalu diramaikan dengan pasar malam.
Tahun ini kamu bisa menikmati pesta rakyat wong Solo ini di Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Kidul Keraton Surakarta. Di Alun-Alun Utara kamu bisa membeli permainan tradisional hingga jajan kuliner khas Sekaten. Sedangkan di Alun-Alun Selatan, kamu bisa menjajal beragam wahana ala pasar malam.
Perayaan Sekaten bakalan berlangsung mulai 12-20 November.