Tuesday, May 20, 2025
spot_img
HomeFilmFilm Indie Karya Mahasiswa Solo Masuk Bioskop Lagi

Film Indie Karya Mahasiswa Solo Masuk Bioskop Lagi

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

FILM INDIE KARYA MAHASISWA SOLO MASUK BIOSKOP LAGI 2

Film indie akhirnya masuk bioskop lagi! Yap, dua film garapan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta diputar di Platinum Cineplex Hartono Mall, Solobaru, Sukoharjo, Kamis (28/1/2016). Film berjudul  Desak Terdesak dan Lelana itu merupakan karya tugas akhir Program Magister minat studi Penciptaan Seni ISI Surakarta.

Kedua film ini punya benang merah sama, yaitu mengemas karyanya dengan penonjolan nilai lokalitas. Desak Terdesak arahan Gde Basuyoga Prabawita tayang pertama. Ber-setting di Bali, film Made Tegeh Okta Wahyu Mahery, Ni Nyoman Wiwik Hartati, A.A Ketut Oka Adnyana, dan lain-lain ini menampilkan pergolakan di dalam rumah tangga Desak dan Putu.

Konflik tersebut hanyalah fenomena gunung es. Lebih dari itu, Desak ternyata juga mempunyai hubungan yang kurang baik dengan ayahnya. Pernikahan beda kasta antara Desak dan Putu-lah yang jadi penyebabnya.

“Film ini diambil dari kisah nyata yang ada di Bali. Konflik keyakinan yang dianut masyarakat Bali, dijadikan alat untuk mempertajam konflik,” terang sang sutradara, saat mempresentasikan karyanya kepada dosen dan penonton, sebelum pemutaran.

Film garapan Arie Surastyo, Lelana, dibuat semi absurd. Karya ini terinspirasi dari kedekatan petani dan Babinsa (Badan Pembina Desa) yang bekerjasama menanggulangi hama. Cerita kemudian berfokus pada kehidupan keluarga si petani dan Babinsa.

FILM INDIE KARYA MAHASISWA SOLO MASUK BIOSKOP LAGI 2

Marketing Executive Platinum Cineplex Hartono Mall, Danang Prabowo, mengatakan, pemutaran di bioskopnya merupakan bentuk apresiasi kepada para filmmaker indie. “Kami memfasilitasi mereka, takutnya jika tidak terputar secara baik. Makanya kedua film dibikin satu show dengan lingkup yang lebih gede yaitu bioskop,” tuturnya.

Diputar di bioskop, mau tak mau film harus disesuaikan dengan standar bioskop. “Kami memakai DCP [Digital Cinema Package], sehingga filmmaker harus menyesuaikannya,” terang dia. Danang menambahkan, filmmaker dan timnya juga harus memikirkan berapa lama filmnya diputar, bagaimana cara promosinya, serta jaminan penonton seberapa banyak. “Dari situ aku berharap, ketika mereka terjun di industri yang lebih gede, mereka tidak kaget,” jelasnya.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Melihat Surganya Barang Antik di Festival Vintage Balaikota Solo

Soloevent.id - Komunitas Soloraya Vintage menggelar Festival Vintage Romantika Sambung Rasa Tempo Doeloe di...

Pameran Gold in Fest Semar Nusantara Hadirkan Penyanyi Anang dan Ashanty di The Park Mall Solo

Soloevent.id - Semar Nusantara menggelar pameran bertajuk Gold in Fest di Atrium Broadway The...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...

More like this

Meet & Greet Film Ambyar Mak Byar di Solo Paragon Mall

Soloevent.id - Kesuksesan film Ambyar Mak Byar tidak hanya ditandai dengan antusiasme penggemar yang...

Tayang Januari 2025, Film Ambyar Mak Byar Pilih Kota Solo Sebagai Lokasi Syuting

Soloevent.id - Film lokal bertajuk Ambyar Mak Byar dengan sutradara Pugus P. S Admaja...

Kota Solo Menjadi Lokasi Pembuatan Film Air Mata di Ujung Sajadah

Soloevent.id - Film Air Mata di Ujung Sajadah mulai tayang serentak di bioskop Indonesia...