Delegasi Festival Payung Indonesia akan turut berpartisipasi di ajang festival payung kelas internasional, Bo Sang Umbrella Festival, yang diadakan 15-17 januari 2016 di Desa Bo Sang, Provinsi Chiang Mai, Thailand. Delegasi Festival Payung Indonesia membawa misi untuk menjadikan Festival Payung Indonesia dan Bo Sang Umbrella Festival sebagai sister festival.
Gagasan itu tercetus karena adanya kemiripan antara kesenian dan kebudayaan di antara dua negara, pun antara Indonesia dan Thailand masih satu rumpun. “Kerjasama ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap keberadaan perajin payung tradisional dan tingkat kunjungan wisatawan Thailand ke Kota Solo,” tutur Direktur Program Festival Payung Indonesia, Heru Prasetya.
Di Bo Sang Umbrella Festival, Festival Payung Indonesia bakal menampilkan pameran payung tradisional, demo melukis payung motif Candi Sukuh oleh Dani Iswardana Wibowo, lukis payung motif aksara Jawa oleh Kris Wahyudi, dan pertunjukan tari payung oleh Bambang Besur.
Bambang Besur akan menarikan tarian yang ia namai “Mantra Payung”. “Mantra Payung” merupakan tarian yang diambil dari Tari Bedhaya Tejonoto. Tarian ini menonjolkan gerakan tubuh yang lembut dan halus, dan mengalir.
Bambang mengatakan, tari ini cocok ditampilkan di Thailand karena ada kesamaan konsep dengan Buddhism. “Makin pelan, ornamen geraknya makin tidak ada. Kekuatannya di situ. Makanya saya tidak terlalu menonjolkan ornament gerak,” jelasnya saat ditemui awak media di Omah Sinten, Kamis (8/1/2016).
Seperti namanya, tarian ini menggunakan aksesoris payung dan topeng. Bagi Bambang Besur, payung bukanlah pemanis gerakan, melainkan telah menjadi kesatuan dari konsep tari yang diusungnya. “Payung tidak terlepas dari segmen tubuh kita. Dia bagian dari tubuh kita. Jadi, tidak terpisah,” urainya.
Gerakan-gerakan yang ditampilkan Bambang Besur dari “Mantra Payung” merupakan cerminan vibrasi alam semesta. “Tari ini tercipta dari proses panjang. Setiap saya menari adalah mantra. Untuk mencapai gerak tubuh sebagai mantra, yang diperlukan adalah pernafasan. Jadi sebenarnya, orang menari adalah mantra,” kata seniman kelahiran 26 Oktober 1960 itu.