Sragen Cosplay Parody, Parodikan Gintama

1433
SRAGEN COSPLAY PARODY, PARODIKAN GINTAMA

SRAGEN COSPLAY PARODY, PARODIKAN GINTAMA

Di berbagai festival Jepang, pasti kita sering menjumpai cosplay. Menurut Wikepedia Indonesia, cosplay merupakan sebuah hobi yang mana seseorang memakai pakaian, aksesoris, dan rias wajah layaknya tokoh-tokoh manga, anime, film kartun, video game, dongeng, dan musisi idola.

Setiap event berbau Jepang, mereka selalu ada di tengah pengunjung. Seringkali para cosplayer juga turut menampilkan kemampuan aktingnya dalam sesi cosplay performance. Di sesi itu, mereka tampil membawakan satu fragmen cerita. Kadang mereka tampil berkelompok ataupun perseorangan. Saat unjuk gigi, para cosplayer itu coba meng-impersonate tokoh yang dibawakannya.

Saat Sannin Party 10 yang digelar di Pendhapa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Minggu (7/2/2016), ada satu grup cosplay yang tampil beda. Kelompok tersebut bernama Sragen Cosplay Parody. Seperti namanya, grup yang di event itu membawakan tokoh Katsura, Elizabeth, dan Naruto ini mengemasnya dengan komedi.

Ketika tampil, grup yang didirikan pada Desember 2015 itu memlesetkan adegan di anime Gintama. Berbeda dari penampil lainnya yang mencomot dialog ber-Bahasa Jepang dari adegan anime, Sragen Cosplay Parody malahan membuat dialognya sendiri menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa. “Walaupun kami memerankan karakter Jepang, tapi dari dialog disesuaikan dengan budaya kami,” kata pemeran Naruto, Marda Ferry Yannuar.

Di Sannin Party 10, Sragen Cosplay Parody memadukan cerita Gintama dengan tragedi bom Thamrin. Pemeran Katsura, Welly Kurniawan, mengatakan, tema tersebut dipilih untuk memberikan sentilan kepada para pelaku teror. “Jadi ceritanya Katsura salah ngebom. Dia sebenarnya disuruh pacarnya ngebom di Suriah, tapi gara-gara salah dengar, dia akhirnya ngebom di Sarinah. Salah satu korban bomnya adalah Naruto. Sehabis kena bom, Naruto jadi banci,” tuturnya saat ditemui Soloevent usai pentas.

Penampilannya itu, kata Welly, hanya untuk menyalurkan hobi dan tidak memikirkan menang atau kalah. “Intinya kami pingin menghibur penonton. Mungkin di antara penonton ada yang lagi sedih. Lha kami ingin buat gembira,” ungkap Sandra Nugroho, si pemeran Elizabeth.

Demi menunjang penampilannya, grup itu menyiapkan kostum dan backsound secara mandiri. “Mulai dari rekaman hingga ngedit, kami yang buat. Kami juga bikin properti. Kalau kostum yang jahitannya ribet, kami serahkan ke penjahit. Tapi kalau mudah, kami yang menangani,” beber Sandra. Dari tokoh yang mereka perankan, rata-rata personelnya menghabiskan dana Rp100-300 ribu.

Marda menambahkan, grupnya akan tetap konsisten menampilkan cosplay parodi. “Segmen kami di parodi. Kami pengen jadi cosplayer yang anti-mainstream,” tuturnya sembari tersenyum.