Dinas Kesehatan Kota Surakarta menggelar berbagai macam agenda dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-50, Minggu (9/11/2014). Salah satu kegiatannya adalah talkshow “Pola Hidup Bersih Sehat”, yang dihelat di Plaza Sriwedari. Acara tersebut membicarakan tentang pentingnya memiliki pola hidup sehat di tengah jajahan tren penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme, kontaminasi lingkungan, dan pengaruh gaya hidup.
dr. Andri Putranto selaku pembicara, menyinggung tentang pembudayaan hal-hal kecil yang berpengaruh terhadap kesehatan. Menurutnya, hidup sehat dapat digalakan mulai dari langkah kecil, contohnya membudayakan cuci tangan. Semakin tinggi aktivitas yang menggunakan tangan, semakin rentan pula terkena bakteri. Andri memaparkan, cuci tangan yang baik adalah selama 40-60 detik, dengan menggunakan cairan antiseptik.
Konsumsi makanan juga menjadi sorotan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) ini. Salah satunya adalah kebiasaan makan bakaran yang terlalu gosong di wedangan. “Makanan yang terlalu gosong, mengandung karbon di dalamnya. Itu dapat menyebabkan kanker,” tuturnya. Untuk menjaga nutrisi, Andri berpesan agar masyarakat beralih ke makanan yang alami.
Pemilihan menu makanan juga dibahas olehnya. Ia mengungkapkan, skema “empat sehat lima sempurna” sudah kadaluwarsa. Menurutnya, menu makan yang baik adalah yang mengedepankan “piramida makanan”. “Paling bawah dan yang harus paling dikonsumsi adalah makanan yang mengandung karbohidrat. Di atasnya ada lemak, minyak, dan gula,” terangnya.
Andri juga berpesan agar masyarakat selalu membudayakan olahraga. Namun, olahraga yang baik bukanlah olahraga yang terus menerus di setiap harinya, melainkan berkala. “Olahraga ada batasannya, yakni 3-4 kali dalam seminggu. Waktunya tidak boleh berurutan. Harus ada sela di antaranya,” katanya. Ia menambahkan, durasi berolahraga juga ada batasannya, yaitu 30-60 menit.
Andri menambahkan, bagi yang sudah berumur lanjut hanya boleh melakukan aktivitas olahraga yang bersifat horizontal, seperti jalan kaki, bersepeda, atau renang. “Bagi yang sepuh tidak diperkenankan melakukan olahraga yang melawan gravitasi, karena tulang sudah berkurang kerapatannya,” jelas dia. Ia menekankan, setiap aktivitas olahraga harus melalui tiga tahap: pemanasan, olahraga inti, dan pendinginan.