Sunday, October 12, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaAnyirnya Jawa Dalam Karya Usman Kalabintalu

Anyirnya Jawa Dalam Karya Usman Kalabintalu

Published on

- Advertisement -spot_img

KARYA USMAN KALABINTALU 1_

Raungan feedback dari amplifier yang menyeruak ke seluruh penjuru Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, menjadi akhir sesi penampilan band Djiwo. Dengan mengusung konsep happening art, unit black metal asal Solo itu didaulat sebagai pembuka pameran artwork black metal yang bertajuk “Vorstendom”, Sabtu (1/10/2014).

Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, vorstendom berarti kepangeranan. Lalu, apakah hubungan kepangeranan dan black metal? Di negara asalnya, “gelar” seperti Count Grisnackh dan Emperor Magus Caligula disandang oleh beberapa personil band sebagai alter ego mereka. Namun, Usman Supardi – lebih dikenal sebagai Usman Kalabintalu – selaku artworker, tidak ingin memunculkan nama-nama itu. Ia lebih terpanggil untuk menampilkan sosok-sosok asli Jawa yang terkesan lebih “wingit” dalam karyanya.

Maka sub-tema “Kedjawen Pagan Front” dipilih oleh pria kelahiran 23 Agustus 1989 ini untuk mengetengahkan spirit ke-Jawa-an, sekaligus meluruskan cara pandang orang yang menganggap black metal selalu diasumsikan dengan hal-hal berbau satanisme. “Hal-hal seperti itu tidak identik dengan kebudayaan kita. Daripada kita mengekor yang di sana [Barat], yang sebenarnya kita tidak tahu ceritanya, dan tidak mengalami, lebih baik saya angkat [tema] ini saja, yang mencerminkan kehidupan  sehari;hari sebagai orang Jawa,” jelasnya kepada Soloevent.

Walaupun mengangkat tema Jawa, tapi dia tetap menggabungkan unsur horor ala black metal ke dalam 40 karyanya sebagai identitas. Salah satunya yakni “Klana Daru Beksi”. Lewat guratan tangannya yang berdimensi 30 x 22 cm itu, ia menampilkan Topeng Klana yang dihiasi corpse paint. Selain memaparkan imaji tentang wujud destruktif dari manusia, melalui karyanya itu Usman juga ingin berbicara tentang sisi kelemahan dan kebodohan dalam diri setiap insan.

Tidak hanya figur-figur “anyir” yang ia pamerkan. Kekuatan alam pun tak lupa ia gambarkan. “Kita hidup dengan alam. Jika alam  tidak ada, maka begitu juga dengan kita.  Di Jawa,  kita punya sadulur papat lima pancer yang bermakna kekuatan unsur alam yaitu api, tanah, air, angin, dan satu pancer-nya yaitu diri kita sendiri,” terangnya. “Tjleret Taon” adalah satu di antaranya. Karya tahun 2013 itu menggambarkan perwujudan lain udara yang dinamakan maruta, yakni kekuatan yang dapat menghancurkan dan meluluhlantakkan.

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Artikel Populer

Artikel Terbaru

The Sunan Hotel Solo Hadirkan “French Gastronomy Festival”

Soloevent.id - The Sunan Hotel Solo kembali menghadirkan pengalaman kuliner istimewa bagi para pecinta...

Solo Batik Fashion 2025 Sukses Digelar di Taman Balekambang Solo, Tampilkan 8 Desainer Ternama

Soloevent.id - Merayakan Hari Batik Nasional, Kota Solo kembali menggelar acara Solo Batik Fashion...

Solo Batik Fashion 2025 Hadirkan Konsep Berbeda Selama Tiga Hari

Soloevent.id - Solo Batik Fashion (SBF) 2025 kembali digelar di Bale Pangenggar Taman Balekambang...

More like this

Solo Batik Fashion 2025 Hadirkan Konsep Berbeda Selama Tiga Hari

Soloevent.id - Solo Batik Fashion (SBF) 2025 kembali digelar di Bale Pangenggar Taman Balekambang...

Solo Literasi Festival 2025, Ajak Masyarakat Tanamkan Semangat Budaya Membaca Anak

Soloevent.id - Pemerintah Kota Solo bersama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menggelar acara Solo Literacy...

Pameran Seni Rupa Sinergi #3 Usung Tema Local Wisdom dan Lahirnya Kearifan Baru

Soloevent.id - Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Kota Solo, sejak Senin (8/9/2025) hingga Minggu...