Soloevent.id – Desa Mancasan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, terkenal sebagai tempatnya para perajin gitar. Keahlian warga desa dalam memproduksi alat musik petik tersebut diwariskan turun-temurun.
Mereka menjual gitarnya dengan harga yang lebih murah secara lusinan. Sayangnya, Desa Mancasan sebagai sentra industri gitar tidak memiliki merk khusus, mereka menggunakan merk kosong sesuai dengan permintaan pelanggan.
Melihat potensi desa Mancasan, Mandiri Youngsters Solo mengadakan kegiatan Social Creative Project. “Mandiri Youngsters Solo melibatkan para pegawai milenial Bank Mandiri dari berbagai cabang dan area di Solo. Mereka terjun ke lapangan dan mensosialisasikan pentingnya sistem digitalisasi. Dengan kegiatan ini, kami juga mengajak masyarakat, khususnya Desa Mancasan, agar bisa meningkatkan hasil produksi tidak hanya melalui sistem konvensional, tetapi juga digital,” jelas Area Head Bank Mandiri Solo Ony Suryono Widodo kepada Soloevent, Minggu (8/12/2019), di Pendapa Wijaya Kusuma Desa Mancasan.
Dalam acara bertema “Smart Strategies To Be a Young Entrepreneur “ ini, para perajin gitar diberi tips berjualan online. Aditya Rahardani, seorang entrepreneur sukses yang mempunyai brand fashion Maritza & Jelita, tampil sebagai pembicara.
Perempuan berusia 30 tahun kelahiran Temanggung itu berbagi pengalaman mengembangkan bisnisnya lewat dunia maya. Katanya, salah satu hal yang harus diperhatikan saat berjualan online adalah konten. “Saya kadang memfoto produk menggunakan background, kadang produk dipakai oleh model. Foto itu penting. Bapak-bapak bisa juga menggunakan video. Misalnya mengetes bunyi gitar sambil memainkan lagu,” ujarnya.
Wanita yang kerap dipanggil Dita itu juga menyarankan supaya para perajin melakukan inovasi. “Biar produk bapak-bapak berbeda dengan perajin lainnya, cobalah berinovasi. Misalnya bodi gitar dilukisi wayang atau corak batik. Ini juga menjadi cara untuk menarik pembeli,” terangnya.
Selain melalui Social Creative Project, Bank Mandiri juga menyediakan KUR (Kredit Usaha Rakyat) dengan bunga yang tidak terlalu besar untuk mendukung berkembangnya bisnis warga. “Ini untuk menghindari adanya peminjaman kepada rentenir yang masih banyak terjadi di daerah,” imbuhnya.