Soloevent.id – Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menggelar Konferensi Kerja ke-16 dengan mengusung tema “Peningkatan Kompetensi Pulmonologi untuk Menguatkan Kompetisasi di Era SDGs (Sustainable Development Goals)”. SDGs mencakup 17 tujuan pembangunan berkelanjutan yang salah satunya adalah menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan segala usia.
Acara yang dihadiri oleh 883 dokter (558 di antaranya adalah spesialis paru) ini diadakan pada Rabu-Senin (11-16/9/2019) di dua tempat, yaitu Alila Solo Hotel dan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Isu-isu soal kesehatan pernapasan bakal dibahas dalam konferensi ini.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pusat Dr. dr Agus Dwi Susanto, Sp.P(K),FAPSR,FISR mengatakan jumlah dokter bidang paru di Indonesia hanya 1.075 orang. Jumlah tersebut dirasa kurang karena jumlah penduduk Indonesia berkisar di angkat 260 juta jiwa.
“Jika dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia, rasionya 1:2500. Kita perlu 2.500 dokter bidang paru lagi. Diharapkan melalui acara ini bisa memberikan informasi terkait kesehatan paru, sehingga bisa memunculkan dokter-dokter bidang paru yang baru,” ungkap Agus dalam jumpa pers di Meeting Room Level 3, Alila Solo Hotel, Kamis (12/9/2019)
Sebagai kota tuan rumah, Agus memberikan pujian kepada Kota Solo yang berhasil menelurkan dokter-dokter bidang paru paling banyak di antara kota-kota lainnya, khususnya di Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan Fakultas Kedokteran di Surakarta memiliki fasilitas bidang paru yang paling lengkap di kawasan Jawa Tengah pada umumnya.
Ketua PDPI Cabang Surakarta Dr. dr Harsini, Sp.P(K),FASR,FISR menambahkan penyakit paru masuk ke dalam sepuluh besar jenis penyakit yang diderita pasien di Kota Solo – khususnya di RSUD. Dr Moewardi Surakarta, tiga di antaranya adalah kanker paru, panemon, dan TBC. Maka, PDPI Solo pun punya tugas untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya rokok – khususnya vape – dan bahaya polusi.
Indonesia menjadi peringkat ketiga di dunia sebagai negara dengan penderita penyakit paru terbanyak. Mayoritas mereka adalah laki-laki. Hal ini dikarenakan 69% pria Indonesia merokok dan rokok adalah faktor utama penyebab penyakit paru.
PDPI sudah berdiri selama 46 tahun, tepatnya pada tanggal 8 September 1973. Selama ini PDPI sangat aktif memberikan tindakan-tindakan preventif terhadap penyakit paru dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung hingga tindakan intervensi dengan menerjunkan tim ke lokasi-lokasi terjadinya bencana.