Acara yang sudah berjalan ditahun ke enamnya ini banyak melalui rintangan yang menjadi penghalang. Namun, walaupun beberapa kendala sempat singgah dalam kehidupannya selama 6 tahun belakangan ini Solo City Jazz tak menyerah untuk mewujudkan tujuan utama acara yang digagas oleh Wenni Purwanti serta 3 rekannya. Acara yang digagas oleh bang Dion Momongan, bang Ibong, Heru Mataya, serta Wenni sendiri sebagai ketua penyelenggara tak hentinya mengobarkan semangat dalam menyalurkan minat mereka kepada masyarakat solo raya. Berawal dari kegemaran dalam musik jazz, mereka membuat sebuah acara yang bisa dibanggakan oleh Kota Solo.
“Untuk pertama memberi hiburan untuk masyarakat solo, kedua karena saya cinta solo, saya kepingin solo gak kalah sama kota kota lain, solo udh kelima kali acara jazz, kota lain baru pertama kedua” ujar wenni selasa sore. Dalam pemikirannya Wenni juga mengungkapkan bahwa kadang cara berfikir seseorang berpengaruh dengan musik yang didengar, dengan jazz ini Wenni ingin kualitas pendengar musik di solo menjadi lebih baik. Tak hanya boyband, dangdut remix, ataupun lainnya, namun jazz juga bisa menjadi alternatif singgah dihati masyarakat solo.
“event sebelumnya kita dipasar pasar, nah si mbok-mbok itu seneng kok, mereka goyang-goyang kok, jadi gak perlu denger goyang itik dulu ,tapi yang pasti jazz itu adalah spiritnya ya, jazz itu sangat gampang berbaur dengan musik lain, mereka ngomong improvisasi , dangdut keroncong bisa di jazzin, semua musik bisa dijazzin” ujar wanita yang tinggal di bukit duri Jakarta. Tak dipungkiri bahwa tujuan utama dari SCJ ini adalah menularkan minat dan kegemaran khususnya dalam musik jazz kepada seluruh masyarakat solo. Selain sebagai alternatif musik, SCJ juga mempunyai maksud tak mau kalah dengan Jogja yang punya “Ngayogjazz”. Masalah diterima atau tidak dalam kehidupan masyarakat itu urusan belakang menurut Wenni, yang terpenting adalah niat baik sudah tersampaikan dalam acara ini.