Soloevent.id – Tahun 2018 sepertinya jadi tahun yang membahagiakan bagi Down For Life. Dua puluh tahun berkarir di dunia musik cadas, salah satu mimpi Down For Life akhirnya kesampaian. Sebagai band metal, bermain di Wacken Open Air – festival musik metal terbesar di dunia – mungkin adalah impian tertinggi. Dan ternyata mereka berhasil mewujudkannya.
Down For Life bisa melenggang ke Jerman – tempat penyelenggaraan Wacken Open Air – setelah memenangi babak final Wacken Metal Battle Indonesia. Di babak pamungkas itu, band dari Solo itu bersaing dengan sembilan band dari kota lain: Angel of Death (Sukabumi), Bersimbah Darah (Bali), Dead Vertical (Jakarta), Humiliation (Bandung), Kaluman (Bandung), Karat (Malang), Monoserus (Pekanbaru), Trojan (Bali), dan Valerian (Surabaya).
Selain kualitas musiknya mumpuni, yang bikin Down For Life menang adalah memadukan budaya Jawa dengan musik metal. Saat manggung di babak final, Stephanus Adjie dkk. berkostum batik. Empat juri: Dadan Ruskandar (manajemen band Burgerkill), Samack (jurnalis musik), John Resbon (The Metal Rebel), dan Sascha Jan (Metal Rebel Headquarter, Jerman) kepincut.
Di Jerman, band yang beranggotakan Stephanus Adjie (vokalis), Rio Baskara (gitaris), Isa Mahendra Jati (gitaris), Ahmad “Jojo” Ashar (basis), dan Muhammad Abdoel Latief (drummer) ini tampil di dua panggung, W:E:T Stage dan Headbangers Stage. Mereka juga mengenakan pakaian batik lusuh dan memasang dua topeng leak di muka panggung.
Penampilan Down For Life di Negeri Bavaria juga dinilai oleh juri. Di Wacken Metal Battle, mereka bersaing dengan 30 band dari 30 negara. Hasil akhirnya Down For Life berada di posisi ke-13.
“Hail, Indonesian metal Nusantara! Kami memohon maaf belum bisa menjadi yang terbaik meski sudah berusaha dengan maksimal. Kami menempati peringkat 13 dari 30 negara. Semoga tahun-tahun berikutnya akan ada band yang membawa kejayaan untuk Indonesia di Wacken Metal Battle,” tulis akun Instagram @downforlifesolo. Posting-an tersebut menampilkan foto bareng personel Down For Life dengan penonton. Tak lupa, bendera Merah Putih dibentangkan mereka.
Tampil di tengah orang-orang luar negeri – yang mungkin baru pertama kali mendengarkan mereka – ditambah punya misi mengharumkan nama Indonesia, Adjie langsung teringat saat Timnas berlaga. “Tapi begitu kami di sana dan membawa bendera Indonesia, rasanya mungkin itu yang dirasakan Boas Solossa dan kawan-kawan saat bertanding. Ada perasaan itu [rasa nasionalisme],” kata Adjie dikutip dari Kumparan.