Soloevent.id – Pasti banyak yang tak menyangka jika Sragen memiliki potensi tinggi untuk mengembangkan industri batik. Sama seperti Solo, di kabupaten ini terdapat sejumlah sentra produksi batik dan tersebar di beberapa tempat. Bahkan dapat dikatakan, Sragen merupakan pusat batik terbesar di Jawa Tengah setelah Solo dan Pekalongan.
Di Sragen terdapat sejumlah kampung yang sejak dulu sebagian besar penduduknya terjun di dunia industri batik seperti Pilang, Kliwonan, Sidodadi, dan Pungsari. Pemasarannya tak hanya menjangkau tingkat lokal dan regional saja, namun sudah mencapai skala nasional mulai dari Bali hingga Kalimantan.
Sehingga tidak mengherankan jika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menetapkan batik sebagai salah satu Produk Unggulan Daerah (UPD). Apalagi mengingat jumlah pelaku industri ini terbilang lumayan besar, mencapai sekitar 100 UKM dengan ribuan tenaga kerja. Selain itu masih ada kurang lebih 1.000 perajin yang memiliki pabrik skala rumah tangga atau UMKM.
Masaran
Pilang, Kliwonan, dan Pungsari merupakan tiga desa yang berada di Kecamatan Masaran. Saat menyusuri desa tersebut, sebagian rumah penduduknya kurang terlihat sebagai pusat produksi batik. Namun ketika menengok bagian belakang, barulah tampak aktivitas pembuatan batik. Sesudah itu jika diamati secara seksama ternyata banyak pengunjung yang ingin belanja batik, baik perseorangan maupun rombongan.
Industri batik yang berkembang di Masaran ini sudah muncul sejak ratusan tahun lalu tepatnya era 1880-an. Menurut info dari Jurnal Dewa Ruci, perkembangan ini berawal dari keberadaan Kampung Batik Laweyan di Solo.
Pada zaman tersebut, banyak pengusaha batik di Laweyan yang memanggil buruh pabrik dari Masaran untuk memenuhi pesanan dari Keraton Kasunanan. Namun karena hanya memiliki lahan terbatas saja, mereka menyuruh buruhnya untuk membuat batik di rumah masing-masing.
Dari sinilah kemudian Masaran menjelma jadi sentra produksi batik paling terkenal di Sragen. Motif yang berkembang juga tidak jauh berbeda dengan motif kepunyaan Keraton Kasunanan seperti sidomukti, wahyu tumurun, truntum, hingga parang, meskpun kadangkala ada sedikit modifikasi.
Desa Pungsari
Sedangkan Pungsari, merupakan sebuah desa yang letaknya berdekatan dengan objek wisata sejarah dan pendidikan, Sangiran. Meski tidak seramai Masaran, desa ini juga memiliki sentra produksi batik. Selain itu sama pula dengan desa lain di Masaran, sebagian besar warga yang menekuni pekerjaan sebagai perajin batik pernah menjadi buruh batik di Solo.
Demikian pula dengan pemasarannya, hampir semua melalui jalur Solo lebih dulu. Maka tidak mengherankan jika banyak beranggapan bahwa batik Sragen adalah batik Solo. Ini sebenarnya merupakan tantangan besar bagi Pemkab Sragen agar lebih giat melakukan promosi, sehingga lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Terlebih selama beberapa tahun terakhir, di Kecamatan Masaran ada desa lain yang warganya mulai aktif ikut memproduksi batik, yakni Desa Jati. Potensi ini sangat layak dikembangkan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.