Soloevent.id – Belum lama ini tepatnya pada Senin, 27 Mei 2024 kemarin Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masuk usia 193 tahun. Hari jadi ini ditetapkan melalui Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Gunungkidul Nomor 70.188.45/6/1985. Sejak berdiri pertama kali pada 27 Mei 1931 hingga sekarang, ada 29 pemimpin yang pernah menjabat sebagai bupati dan semua punya dedikasi tinggi untuk mengembangkan daerah tersebut.
Lepas dari itu semua, Kabupaten Gunungkidul ternyata memiliki sejumlah kekayaan kuliner yang sangat unik. Setiap santapan tidak hanya mempunyai cita rasa yang khas saja, namun juga mampu menggugah selera dan beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
- Tiwul
Pada era 1960-an Kabupaten Gunungkidul mengalami bencana kekurangan pangan dan banyak warga yang mengonsumsi tiwul sebagai pengganti nasi. Meski punya kisah cerita yang kelam, saat ini makanan tersebut justru sering jadi buruan para pecinta kuliner.
Tiwul diolah dari singkong yang sudah dikeringkan atau gaplek dengan tambahan gula merah dan parutan kelapa. Teksturnya terasa kenyal dengan kombinasi rasa gurih dan manis. Setiap porsi ditawarkan dengan harga Rp7.000 di pasar tradisional, namun jika beli di toko oleh-oleh kerap naik hingga Rp20.000.
- Gudeg Manggar
Semua pasti tahu jika gudeg yang diolah dari nangka muda merupakan makanan paling khas di Yogyakarta. Tapi jika pergi ke Gunungkidul, bahan utama yang dipakai bukan nangka muda lagi melainkan manggar, sebuah sebutan untuk bunga kelapa. Rasanya sangat renyah dan terasa lebih nikmat disantap bersama lauk telur atau daging ayam kampung ditambah sambal krecek.
- Gatot
Sama seperti tiwul, gatot terbuat dari singkong kering atau gaplek yang direndam ke dalam air hingga lunak. Setelah itu dilembutkan dan dikukus hingga matang, kemudian disajikan dengan parutan kelapa, garam, dan gula. Rasanya cenderung manis dan sering disantap sebagai camilan teman minum teh atau kopi. Harganya sangat terjangkau sekitar Rp5.000 per bungkus.
- Sego Abang
Selaras dengan penyebutannya, sego abang adalah makanan khas Gunungkidul yang dimasak dari nasi merah ditambah lauk oseng-oseng atau sayur lodeh. Rasanya sangat menyegarkan dan sedikit pedas, sehingga cocok disantap untuk makan siang atau malam. Jika beli di pasar-pasar tradisional, biasanya dibungkus dengan daun pisang atau daun jati.
- Walang Goreng
Dari sederet makanan khas Gunungkidul, yang sering dianggap paling khas dan memiliki nilai keunikan paling tinggi adalah walang atau belalang goreng. Makanan ringan ini sangat mudah ditemukan di Pantai Indriani, daerah Semanu, Paliyan, dan Wonosari. Rasanya cenderung gurih mirip udang dan jika ingin yang pedas bisa dicocol dengan sambal.
Semua jenis makanan tradisional di atas sangat cocok untuk penggemar kegiatan wisata kuliner dan tidak butuh anggaran tinggi untuk menikmati. Karena itu jika lagi singgah ke Gunungkidul, jangan lupa untuk mencicipi.