Soloevent.id – Setelah sempat berpindah lokasi ke beberapa daerah lain, Festival Payung Indonesia (Fespin) 2021 kembali digelar di kota Solo akhir pekan kemarin. Gelaran yang berlangsung pada Jumat,3 Desember hingga Minggu, 5 Desember 2021 ini mengambil tempat di Taman Balekambang Solo.
Panitia menyebutkan alasan dari pemilihan Solo sebagai tempat untuk mengadakan acara tahunan ini adalah karena Fespin telah memasuki usia delapan windu (8 tahun). Mereka ingin merayakan gelaran tersebut secara lebih meriah di tempat pertama kali Fespin diadakan.
Sehingga tidak mengherankan selama Fespin 2021 berlangsung, Taman Balekambang terlihat makin semarak. Apalagi setiap hari acara ini dipenuhi dengan berbagai macam hiburan menarik dan pertunjukan seni. Pengunjung yang datang selalu berlimpah dari siang hingga malam.
Bangkit dari keterpurukan
Melalui tema This Too Shall Pass, Fespin 2021 mengajak segenap lapisan masyarakat agar lebih percaya diri dan berani bangkit dari keterpurukan akibat pandemi covid-19. Kerja sama dan gotong royong menjadi hal penting untuk melalui pandemi yang telah berjangkit selama dua tahun terakhir tersebut.
Heru Mattaya, selaku ketua panitia Fespin 2021 menyatakan jika pihaknya membawa semangat optimis dan saling menguatkan. Sehingga dengan adanya festival tersebut, Kota Solo menjadi semakin mampu melakukan promosi dan mengembangkan industri pariwisata lokal secara lebih maksimal.
Keberagaman budaya
Pada sisi yang lain, gelaran Fespin 2021 di Taman Balekambang ini juga menonjolkan keberagaman budaya payung dari berbagai wilayah di Indonesia. Ada sekitar seribu payung tradisional hasil karya perajin Aceh, Riau hingga Tasikmalaya dipajang di seputaran halaman Taman Balekambang.
Selain itu ada payung dengan gaya desain modern karya seniman Jakarta, Yogyakarta, Malang hingga Surabaya yang ikut dipamerkan dalam jumlah yang tak kalah banyak. Serta tidak ketinggalan Kota Solo sebagai tuan rumah, juga ikut memeriahkan acara ini dengan aneka payung yang kreasinya sangat bervariasi.
Bukan itu saja, bahan yang digunakan untuk membuat payung juga tidak melulu dari kertas, melainkan juga dari kain perca, rajut dan denim. Bahkan ada pula yang menggunakan origami atau seni melipat kertas sebagai media utama pembuatan.
Tidak hanya pameran payung saja, dalam Fespin 2021 juga diadakan workshop teknik pembuatan payung. Melalui workshop ini para peserta diharapkan dapat menciptakan produk payung dengan nilai seni tinggi sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi pula.
Lebih dari itu, agar acara ini lebih meriah panitia menyuguhkan pertunjukan seni yang mengambil tema utama payung di panggung terbuka. Mulai dari fashion show, aneka macam tarian dan pemutaran film tentang payung ikut digelar di tempat yang sama.
Melalui Fespin 2021 pula Heru Mattaya sangat berharap keberagaman budaya beserta kreativitas di masyarakat yang sangat beragam dan multietnis bisa terpayungi semua. Sehingga semboyan Bhineka Tunggal Ika dapat terwujud secara nyata di Indonesia.