Soloevent.id – Pagi itu, murid-murid SD Warga kompak memakai baju merah. Mereka duduk memenuhi pinggir lapangan sekolah. Mata mereka tertuju pada empat barongsai yang sedang beratraksi di atas bangku tinggi. Mereka kelihatan kagum, tapi sesekali juga berteriak saat barongsai melakukan atraksi menantang.
Yang sedang tampil itu adalah kelompok barongsai dan liong Tripusaka. Sepanjang pertunjukan, Pembina Tripusaka Adjie Chandra menginformasikan kepada para siswa agar tidak menirukan setiap gerakan barongsai karena diperlukan latihan intensif.
Ditemui Soloevent selepas acara, Adjie menjelaskan untuk bisa menguasai gerakan-gerakan barongsai, para pemain dibekali dengan dasar-dasar gerakan wushu, salah satunya gaya kuda-kuda. Mereka harus latihan intensif tiga kali dalam seminggu. “Saya selalu mengimbau anak didik untuk rajin datang latihan supaya cepat menguasai teknik,” ungkapnya, Selasa (21/1/2020).
Saat tampil, Adjie mengerahkan 30 personel, yang terdiri dari para pemain barongsai dan pemain musik. Mereka berasal dari beragam usia, dari usia 6 tahun hingga yang sudah berumah tangga.
Menantangnya gerakan barongsai kadang membuat penonton kepikiran, “Pernah enggak, ya, pemainnya mengalami kecelakaan saat tampil atau latihan?” Salah satu pemain barongsai Tripusaka, Sarjanto, menjawabnya. Dia pernah mengalami kecelakaan, tetapi tidak parah. “Paling cuma terpeleset aja, sih, dan itu tidak sampai parah,” ungkapnya.
Adjie menerangkan kecelakaan lebih disebabkan hal teknis, misalnya tumpuan yang kurang kuat, atau tumpukan kursi yang tiba-tiba bergeser. Kata Adjie, Tripusaka selalu bertanggung jawab penuh jika ada kecelakaan yang dialami anak didiknya.