Soloevent.id – Berbicara soal jajanan Peranakan yang ada di Kota Solo, rasanya kurang pas kalau tidak memasukkan Bakpia Balong “Sumber Rejeki” ke dalam daftar. Kamu bisa menemukan tokonya di Jl. Kapten Mulyadi No. 17, Kelurahan Sudiroprajan; tak jauh dari Pasar Gede. Disebut Bakpia Balong karena tokonya berada di kawasan Pecinan bernama Kampung Balong.
Kuliner ini ada sejak tahun 1960. Kalau dilihat dari bentuknya, bakpia yang telah dikelola tiga generasi ini memiliki ukuran yang lebih besar dibanding bakpia pada umumnya. Menurut penerus Bakpia Balong, Devina Budiono, besar Bakpia Balong mengacu pada ukuran asli dari negara asalnya. Devina mengetahuinya saat berkunjung ke Tiongkok.
Bakpia Balong merupakan usaha keluarga. Makanan ini pertama kali dikembangkan oleh kakek Devina, kemudian dikelola oleh ayahnya hingga sekarang. Awalnya, bakpia hanya tersegmentasi untuk komunitas Tionghoa saja. Seiring berjalannya waktu, makanan yang terbuat dari tepung terigu ini dapat dinikmati semua orang. Bahkan, kini, Bakpia Balong menjadi salah satu oleh-oleh khas Solo.
Devina mengungkapkan bisnis keluarganya ini telah mengalami proses panjang. Masa puncak kejayaan terjadi di era ’80-an. Saat itu, sang ayah menjajakan bakpia sampai ke luar kota hingga banyak pelanggan yang datang ke Solo untuk membeli bakpianya.
Memasuki masa ’90-an, kepopuleran Bakpia Balong meredup karena ayah Devina harus mengerjakan banyak hal. Sampai akhirnya Devina ikut turun tangan. Ia melakukan re-branding supaya jajanan legendaris ini tetap eksis dan bisa diterima oleh kalangan muda.
Devina mengubah packaging dan melakukan penambahan varian rasa. Dulu, Bakpia Balong hanya berbungkus plastik panjang dan terdapat logo dalam huruf Hanze yang dalam bahasa Mandarin berarti “kebahagiaan”. Menurutnya packaging seperti itu terlalu segmented. Biar kelihatan lebih kekinian, bakpia-bakpia itu dibungkus dalam kardus yang berbentuk seperti box smartphone. Satu boks berisi lima buah bakpia.
Untuk rasa, Bakpia Balong sekarang punya dua belas varian. Sebelas isiannya, antara lain cokelat, durian, keju, kacang merah bisa dikonsumsi umum. Sedangkan untuk satu isian lainnya tidak bisa dinikmati semua masyarakat karena memakai bahan nonhalal.
Karena produksinya dalam satu pabrik, Devina mengaku belum bisa memberikan label halal untuk produk.“Saya terbuka saja, ya, biar masyarakat tahu. Toh, sejauh ini masih banyak, kok, yang suka, tapi ada juga yang enggak mau. Tergantung masing-masing karakter pelanggan, sih,” jelasnya kepada Soloevent, Sabtu (18/1/2020).
Satu boks Bakpia Balong dijual mulai dari Rp35 ribu. Tokonya buka dari jam 07.30 sampai 19.00 WIB. Mau belanja lewat online juga bisa karena Bakpia Balong tersedia di beberapa e-commerce.