Soloevent.id – International Mask Festival (IMF) kembali digelar pada Jumat-Sabtu (5-6/7/2019) di Pendhapi Gedhe Balai Kota Solo. Tema kali ini adalah “Soul of the Mask”, yang merujuk pada topeng sebagai salah satu bentuk ekspresi jiwa manusia. Topeng adalah artefak seni yang sudah dikenal manusia sejak zaman prasejarah.
Ketua Penyelenggara IMF 2019 R.Ay. Irawati Kusumorasri mengatakan setiap topeng mempunyai ekspresi yang berbeda-beda seperti senang, sedih, dan marah. “Filosofinya adalah untuk menggali kekuatan kebersamaan dalam kebinekaan. IMF diharapkan dapat memberikan edukasi tentang apresiasi seni bagi masyarakat,” ujarnya ketika jumpa pers di Pendhapi Gedhe Balai Kota Solo, Kamis (4/7/2019).
Dalam jumpa pers juga menghadirkan beberapa delegasi yang tampil, seperti Sandra Ruth M.E.F (Senior Tourism Operations Officer); Project Development Officer II Danielle Isabelle F. Sycip dari Kota Bocolod, Filipina; Anton Lambert & Wito Geerts dari Belgia; Boby Ari Setiawan dari Independent Expression; dan Tedjo Dances dari Solo.
Di edisi keenam ini dimeriahkan oleh belasan delegasi dari dalam maupun luar negeri. Masing-masing delegasi menampilkan tarian topeng yang berbeda-beda. Penampil hari pertama dari Semarak Candrakirana dan Singo Yogo Solo yang menyajikan tarian tentang berdirinya Kerajaan Singo Barong di Alas Lodoyo. Lalu, penampilan kedua dari Sanggar Purwa Kencana Cirebon yang membawakan Tari Topeng Losari. Penampil selanjutnya adalah Tarian Bapangko oleh Tedjo Dance Arek Wetanan menarikan tarian tunggal tentantg ekpresi diri manusia. Penampilan terakhir oleh Independent Ekspression.
International Mask Festival hari kedua mementaskan Ngesti Budoyo dari Gunung Kidul, Anton Lambert & Wito Geerts dari Belgia (Tari Topeng Kelana), sanggar Handayani dari Dinas Pendidikan Kebumen, Sanggar Seni Wijaya Kusuma dari Cirebon dan Tedjo Dance dari Solo.