Friday, June 13, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaBerbagi Kepedihan Dan Ketegaran Di Hari Ianfu Internasional

Berbagi Kepedihan Dan Ketegaran Di Hari Ianfu Internasional

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

HARI-IANFU-INTERNASIONAL-01

 

Soloevent.id – Setiap 14 Agustus, masyarakat dunia memperingati Hari Ianfu Internasional. Ianfu adalah perempuan-perempuan yang menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan tentara Jepang semasa perang Asia Pasifik pada 1931-1945.

 

Senin (14/8/2017) malam, Kota Solo ikut memperingati Hari Ianfu Internasional. Acara yang bertema “Potret Kelam Perempuan Jawa” ini diadakan di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah. Beragam rangkaian acara disiapkan.

 

Saat memasuki Teater Arena, penonton bisa melihat lukisan-lukisan berjudul “Dokumen Rahim” yang dibuat Dewi Candraningrum. Wajah-wajah para penyintas ianfu yang penuh kesederhanaan dan ketegaran diabadikannya menggunakan cat air.

 

HARI-IANFU-INTERNASIONAL-03

 

Peringatan Hari Ianfu Internasional di Kota Solo kemudian dilanjutkan dengan pemutaran film dokumenter “Kisah Sri Sukanti yang Tertinggal di Gedung Papak”. Ivan Meirizio, Becky Karina, dan Eka Hindra sebagai pembuat karya mengajak penonton merasakan kegetiran yang dialami Sri Sukanti, salah seorang penyintas ianfu asal Salatiga.

 

Sri bercerita, saat berusia 9 tahun, tubuhnya dirusak oleh tentara Jepang bernama Ogawa selama empat hari berturut-turut. Akibat dari itu, Sri tidak bisa mempunyai keturunan dan ia hidup dalam trauma serta kesakitan. Bahkan, memori itu kerap singgah di mimpinya.

 

Tak hanya Sri yang mengisahkan kepiluannya, salah satu penyintas, Ngadirah, turut hadir untuk berbagi. Di usianya yang sepuh, ia mencoba berbesar hati terhadap keputusan pemerintah Indonesia apakah akan memperjuangkan mereka atau tidak. “Terima ndak papa, kalau ndak juga ndak papa,” katanya.

 

HARI-IANFU-INTERNASIONAL-04

 

Di akhir sesi diskusi itu, hanya ada dua yang diminta Ngadirah: ketentraman dan kesehatan. “Karena jika terus mengingat itu, saya akan sakit,” ucap dia.

 

Peringatan Hari Ianfu Internasional di Kota Solo ditutup dengan pentas tari “Ianfu” dan “Kamar 11” karya Dwi Surni Cahyaningsih. Dua tarian itu terinspirasi dari buku biografi Mardiyem (salah satu penyintas ianfu) berjudul Momoye: Mereka Memanggilku yang ditulis Eka Hindra dan Koichi Kimura.

 

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Soloraya Great Sale 2025, Event Wisata Paling Menarik untuk yang Suka Belanja

Soloevent.id - Tidak lama lagi, event besar bertajuk Soloraya Great Sale (SGS) akan di...

Menjelma Jadi Soloraya Great Sale, SGS 2025 Mencakup Wilayah Yang Lebih Luas

Soloevent.id - Untuk pertamakalinya, pada tahun ini penyelenggaraan Solo Great Sale (SGS) akan mencakup...

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

More like this

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

Museum Negeri Mulawarman Hadirkan Topeng Hudoq di Museum Keliling Indonesia 2025

Soloevent.id - Pameran museum keliling se-Indonesia digelar di Taman Balekambang Solo, Selasa-Minggu (27 Mei...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...