Soloevent.id – Artis peran, Velove Vexia, kembali nongol di layar lebar. Kali ini dia mendapat peran sebagai Nania Dinda Wirawan dalam film Cinta Laki-laki Biasa. Ini adalah film keduanya di tahun 2016. Sebagai tokoh utama, di Cinta Laki-laki Biasa Velove beradu akting dengan Deva Mahenra yang bermain sebagai Muhammad Rafli Imani.
Nania adalah wanita muda yang berasal dari keluarga terpandang. Ia bertemu dengan Rafli saat kerja praktek di sebuah proyek bangunan. Oleh Rafli, Nania tidak hanya mendapat bimbingan ilmu konstruksi, melainkan juga arahan menjalani hidup dalam kesederhanaan dan kebahagiaan. Hal itulah yang membuat Nania jatuh hati kepada Rafli dan akhirnya mau menerima lamarannya.
Menurut Velove, karakter Nania gampang ditemukan di masyarakat. Dia adalah wanita penuh ambisi yang memikirkan masa depan. “Dia juga memikirkan pasangan yang ia mau. Namun, di satu sisi dia mendapat tekanan dari keluarga terkait pilihannya,” terang Velove saat bertemu awak media di The Park Mall, Solo Baru, Selasa (29/12/2016).
Yang membikin perempuan 26 tahun itu terkesan adalah selama proses shooting Cinta Laki-laki Biasa dia mendapat banyak pengetahuan mengenai taaruf – hal yang selama ini kurang dikenalnya.
“Selama shooting, saya sering ngobrol dan curhat sama Mas Guntur [Guntur Soeharjanto, sutradara Cinta Laki-laki Biasa]. ‘Aku capek lho pacaran tapi putus melulu. Aku kepingin punya satu pasangan yang niatnya baik dan saat menjalin hubungan ada Tuhan di dalamnya’. Ternyata solusi dari curhatanku adalah taaruf. Proses film ini bisa membuka pikiran saya,” ungkapnya.
Cinta Laki-laki Biasa juga membuat Velove mendapatkan pengalaman baru yakni makan petai. “Dari awal, Mas Guntur udah bilang, ‘Ayo, Nania, kamu harus latihan makan petai’. Tapi aku enggak mau karena belum pernah makan itu,” terang dia.
Selain yang ada di atas, putri pengacara O.C. Kaligis tersebut juga dibuat heran oleh aktingnya sendiri. Ia tak menyangka, aktingnya dengan Deva Mahenra bisa membuatnya menitikkan air mata. “Sewaktu nonton sama Deva di gala premier, saya bilang ke dia, ‘Ih, kok kita bisa buat adegan yang bikin kita nangis, sih?’,” tuturnya.
Velove menilai, emosi yang tersalurkan ke penonton itu merupakan bentuk kerjasama luar biasa dari sisi penyutradaraan, skenario, editing, dan penokohan. Menurutnya, para pemain memainkan karakter sesuai dengan porsi. Namun, justru itulah yang bikin hidup. “Sesuatu yang sederhana ternyata bisa sangat dinikmati,” pungkasnya.