Pagi itu koridor Ngarsopuro jadi ajang pesta rakyat. Muda hingga tua berbondong-bondong menghadiri puncak Fetival Jenang Solo 2016 yang berlangsung Rabu (16/2/2016). Seperti penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, di hari terakhir festival ada aneka macam jenang yang dibagikan secara gratis. Di edisi kelima ini, panitia membagikan sekitar 20.000 takir jenang.
Jam menunjukkan pukul 07.30 WIB saat Soloevent tiba di lokasi. Saat Soloevent berkeliling venue, 100-an peserta yang terdiri dari Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) se-Solo, hotel, instansi, organisasi, serta delegasi luar kota sedang menyiapkan sajian mereka. Ada yang menghangatkan jenang, ada pula yang sudah mewadahinya dalam takir atau cup.
Stan-stan itu menyuguhkan beragam jenang tradisional, antara lain jenang tumpang, ketan hitam, mutiara, grendul, graulan, suran, rangrang, dan masih banyak lagi. Selain jenang tradisional, para peserta juga menyajikan aneka jenang kreasi baru.
Puncak Festival Jenang Solo 2016 dilangsungkan di depan panggung hiburan, yang berlokasi di seberang selatan gapura Istana Mangkunegaran. Sebuah meja bertaplak merah dengan panjang sekitar lima meter ditempatkan tak jauh dari panggung. Di atasnya telah terisi takir-takir jenang. Agar tidak kena debu dan lalat, jenang-jenang tersebut ditutupi plastik.
Barulah jam 09.30 WIB, yang dinanti tiba. Usai didoakan, beragam jenang itu diperebutkan oleh pengunjung. Tak peduli tua ataupun muda, mereka dengan sigap meraih takir-takir jenang tersebut. Tak lebih dari 15 menit, jenang-jenang itu ludes diserbu. Stan-stan peserta Festival Jenang Solo 2016 juga dikerubungi para warga yang menginginkan jenang gratis.
Bagi Ketua Yayasan Jenang Indonesia, Ahmad Adib, Festival Jenang Solo 2016 menjadi ajang untuk semakin menggali, memberdayakan, dan mengkreasikan jenang. “Kami berharap dari event ini mampu menggerakkan ekonomi masyarakat,” tuturnya.
Ke depannya, Yayasan Jenang Indonesia kepingin merancang penelitian tentang macam-macam jenang di Indonesia. “Kami juga ingin mencoba mengangkat jenang-jenang tradisi sebagai komoditi, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia,” ungkap dia.