Eargasm. Itulah kata yang tepat menggambarkan acara Blues On Stage Balai Soedjatmoko Solo, Jumat (8/5/2015). Bukan blues namanya jika tidak menampilkan raungan gitar nan melodius yang sesekali diisi part-part jamming nan aduhai. Band-band yang tampil malam itu, tak lupa mempertontonkan ciri khas tersebut.
Dibuka oleh Mojo Blues, trio yang baru pertama kali menginjakkan kaki di gelaran Blues On Stage ini membawakan tiga lagu milik band blues kenamaan asal Jakarta, Gugun Blues Shelter. Nomor-nomor yang mereka bawakan adalah “Falling Down”, “Set My Soul on Fire”, dan “When I See You Again”.
Penyaji ketiga adalah bibit-bibit muda blues Kota Solo, Stream Water. Sama seperti Mojo Blues, grup musik yang kesemua personilnya merupakan siswa SMK N 8 (SMKI) Solo itu juga baru kali ini menjamah panggung Blues On Stage. Band yang beranggotakan Bastian (vokal, gitar), Yosua (gitar), Rohmat (bass), Agung (terompet), Filo (keyboard), Lukas (drum) tersebut menyanyikan lagu “Three O’Clock Blues” milik musisi blues legendaris B.B. King dan “Rock Me Baby” yang dipopulerkan oleh Rolling Stone.
Tampil di panggung pertamanya, Bastian sang vokalis Stream Water mengaku grogi. “Saya grogi sekali, karena saya nyambi jadi vokalis. Saya terpaksa jadi vokalis soalnya band kami belum ada vokalisnya,” tuturnya kepada Soloevent saat ditemui usai manggung. Ketika ditanyai kenapa memilih musik blues, siswa kelas XI itu berpependapat bahwa blues merupakan akar musik-musik modern. “Blues itu setahu saya jadi dasar rock maupun lainnya. Musik ini enak dan bikin santai,” tambahnya.
Usai KMF FISIP UNS tampil, pertunjukan musik Blues On Stage semakin menggelegar lewat performa liar dari trio Solo Blues Rock. Dengan atribut rocker-nya — flannel dan celana jeans — band jammimg yang dihuni oleh Nanang (vokal, gitar), Gege (bass), dan Lempung (drum) tersebut membuka penampilannya dengan meng-cover lagu milik The Doors “Alabama Song (Whisky Bar)”.
Sebuah kolaborasi apik dipertontonkan oleh mereka saat menyanyikan “Venus in Furs”. Lagu milik Velvet Underground ini dibawakan secara liar dengan turut mengajak kolaborasi vokalis band psychadelic rock asal Kota Solo, Teori. Keliaran itu terus menjadi saat mereka membawakan lagu terakhir. Sound kotor, permainan efek gitar, ditambah aksi panggung yang “membakar” — sang basis bahkan sampai berdiri di atas amplifier, membuat mata penonton yang hadir malam itu tak sedetikpun meninggalkan panggung.
Di momen itu, mereka melakukan kolaborasi lintas seni dengan mengajak Suprapto Suryodarmo untuk ikut naik ke atas panggung. Saat itu Mbah Prapto (sapaan Suprapto Suryodarmo) melafalkan mantra, sementara tiga personil Solo Blues Rock, tampil bak orang kesurupan. Di akhir penampilan, tepukan tangan meriah ditujukan bagi mereka.