The Sunan Hotel Solo turut berpartisipasi dalam kegiatan Earth Hour. Selain kampanye hemat energi, hotel berbintang empat itu juga meluncurkan menu ramah lingkungan dan menampilkan rancangan busana karya para desainer muda Kota Solo.
Selama bergulirnya Eart Hour yang diselenggarakan pada Sabtu (28/3/2015), The Sunan Hotel Solo akan melakukan pemadaman listrik selama satu jam dari pukul 20.30-21.30 WIB. “Kami bakal mengadakan konservasi energi dengan mengurangi temperatur ruangan,” tutur Chief Engineer The Sunan Hotel Solo, Yuwono Supriyo, Jumat (27/3/2015) di Narendra Restaurant The Sunan Hotel Solo.
Yuwono menambahkan, selama berjalannya Earth Hour lampu taman akan dimatikan hingga 80 persen, begitu juga dengan lampu restoran. Jika ada tamu hotel yang hendak bersantap malam, pihaknya menyarankan untuk makan malam dengan diterangi lilin atau candle light dinner. “Kami ingin mengajak masyarakat untuk aware dalam pemakaian energi. Karena energi sangat mahal,” katanya.
Hotel yang berlokasi Jl. Ahmad Yani itu juga meluncurkan menu baru yang ramah lingkungan. Di antaranya dumpling ubi ungu, nasi bakar ayam, roti cane, taichi sup dari labu dan bayam, nasi merah hainan, dan lain-lain.
Dalam proses pengolahannya, menu-menu tersebut sangat sedikit membutuhkan energi listrik, gas, minyak, sehingga aman dikonsumsi bagi tubuh. “Bahan yang kami gunakan adalah bahan organik yang tidak menggunakan pestida,” terang Chef Eko Edi Priyanto.
Dalam keikutsertaannya di peringatan Earth Hour, The Sunan Hotel Solo mengajak pula tiga desainer muda asal Jurusan Desain Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Ketiga fashion designer muda itu memamerkan masing-masing dua koleksi. Karya-karya mereka bisa dibilang cukup unik, jika dilihat dari pemilihan bahan dan bentuk. Salah satu desainer, Muhammad Zada Alsavero, mengaku membuat karya dari limbah koran bekas dan kain gorden yang tidak terpakai di rumahnya. Karyanya terinspirasi dari film animasi Frozen. “Untuk membuatnya, terutama hiasan mahkota kristal, saya menggunakan koran dan majalah bekas, serta plastik. Itu dipotong, terus dibentuk menyerupai kristal,” bebernya.