Monday, June 2, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaLiuk Garang 270 Penari Karnaval Solo

Liuk Garang 270 Penari Karnaval Solo

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

LIUK GARANG 270 PENARI KARNAVAL SOLO__

Solo nduwe gawe. Memperingati HUT ke-270 tahunnya, sebuah pertunjukan tari kolosal Karnaval Solo bertajuk “Adeging Kutha Sala” dihelat Sabtu (21/2/2015). Layaknya pesta rakyat, para warga sedari pukul 19.00 WIB berbondong-bondong memenuhi Jl. Jenderal Sudirman. Ya, mereka tak sabar untuk menyaksikan pentas 270 penari yang menceritakan asal muasal berdirinya Kota Solo.

Walaupun harus menunggu lama, tapi warga tetap setia menunggu dari belakang barikade yang dipasang di sekeliling jalan itu. Sekitar pukul 21.00 WIB, pertunjukan pun dimulai. Malam itu, area sepanjang 75 meter dari Jl. Jenderal Sudirman disulap menjadi panggung jalanan.

Seiring ditabuhnya gending pembuka yang memadukan musik tradisional dan modern, suasana di panggung tampak kacau balau. Kekacauan disebabkan oleh pemberontakan Sunan Kuning terhadap Keraton Kartasura akibat pihak keraton melakukan kerjasama dengan Belanda. Peperangan awal ini dimenangkan oleh pemberontak, dan memaksa Paku Buwono (PB) II mengungsi ke Ponorogo.

Dalam peperangan kedua, pasukan keraton dibantu kekuatan Belanda akhirnya berhasil memukul mundur pasukan Sunan Kuning, dan menguasai kembali wilayahnya. Dampak dari perang ini sangat besar. Rakyat terpuruk dan kondisi keraton sudah tidak layak huni. Maka usai menggelar pertemuan agung dengan para petingginya, PB II memerintahkan mereka mencari tempat baru yang laik didirikan sebuah kerajaan.

Pilihan itu akhirnya tertuju pada Desa Sala. Desa yang kelak menjadi cikal bakal Kota Solo ini dulunya berupa rawa-rawa. Agar daerah tersebut bisa ditempati, Ki Gedhe Sala selaku tetua desa meminta beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Usai ubo rampe itu terpenuhi, maka PB II menetapkannya sebagai daerah kerajaan baru.

Prosesi boyong kedhaton dari Keraton Kartasura ke Surakarta menjadi akhir dari pementasan ini. Para pemain pendukung yang berperan sebagai warga, membawa berbagai macam benda dan hewan seperti canthang balung, ringin kembar, cok bakal, sesaji, 17 macam jenang, niyaga, taledhek, gajah, kuda, dan lain-lainnya.

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, yang turut hadir dalam pertunjukan Adeging Kutha Sala, menuturkan bahwa pertunjukan tersebut merupakan bentuk dari kedaulatan budaya. “Sebagai warga, kita harus dapat nguri-uri kebudayaan. Jangan sampai terpengaruh oleh budaya lain yang bersifat negatif,” katanya. Rudy menambahkan dari perhelatan ini warga diharap dapat mengerti asal-usul kebudayaannya.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

Museum Negeri Mulawarman Hadirkan Topeng Hudoq di Museum Keliling Indonesia 2025

Soloevent.id - Pameran museum keliling se-Indonesia digelar di Taman Balekambang Solo, Selasa-Minggu (27 Mei...

Event SMEE-ITT Java Expo 2025 Digelar di Kota Solo, Pamerkan Produk-Produk Unggulan UMKM

Soloevent.id - Event SMEE-ITT (Small Medium Enterprises and Export - Investment Trade Tourism) Java...

More like this

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

Museum Negeri Mulawarman Hadirkan Topeng Hudoq di Museum Keliling Indonesia 2025

Soloevent.id - Pameran museum keliling se-Indonesia digelar di Taman Balekambang Solo, Selasa-Minggu (27 Mei...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...