Pementasan berjudul “Dolanan” dari Sanggar Matahari sukses menghibur penonton yang hadir di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Surakarta, Minggu (16/11/2014) malam. Penampilan kelompok teater asal Solo yang menjadi peserta eksebisi tersebut, menjadi puncak acara Festival Teater Jawa IV yang dihelat selama tiga hari dari Jumat-Minggu (14-16/11/2014). Di penyelenggaraan tahun ini, delapan grup teater SMA se-Jawa Tengah turut berpartisipasi dalam acara tahunan ini.
Para peserta menampilkan berbagai macam lakon yang dikemas sesuai pendekatan penggarapan masing-masing kelompok. Kedelapannya yakni “Kanjeng Ratu” dari Teater Biroe SMA St. Yosef Surakarta, “Melik Nggendong Lali” dari Teater Nglilir SMAN 1 Karanganyar, “Samadi” dari Teater 9 SMKN 9 Surakarta, “Rambat Rangkung” dari Teater Golek SMAN 4 Surakarta, “Kanjeng Ratu” dari Teater Tenda SMAN 2 Karangnyar, “Lungset” dari Study Teater SMAN 3 Surakarta, “Langit Katulistiwa” dari Teater Prada SMA Batik 1 Surakarta, dan “Pasar Kobar” dari Teater Sukma SMK 2 Semarang.
Di edisi kali ini, Teater 9 tampil trengginas dengan memborong tiga penghargaan, yaitu Musik Terbaik, Aktor Putra Terbaik, dan Penyaji Terbaik, dari lima kategori yang dilombakan. Menurut salah satu Dewan Juri Festival Teater Jawa IV, Sosiawal Leak, persaingan peserta cukup ketat.
“Kompetisi di antara peserta termasuk ketat. Jadi dari delapan peserta itu, enam peserta masuk dalam persaingan ketat, baik dari segi penyajian, musik, artistik, pemeranan, dan keutuhan. Untuk dua peserta lainnya, secara teknis permainan dan penyutradaraannya kurang memadai, ditambah lagi bangunan naskah keduanya lemah,” beber dia saat ditemui Soloevent usai acara.
Dalam penyelenggaraan tahun ini, Leak juga mengkitisi tentang lemahnya tafsir naskah dari masing-masing kelompok, pun dengan pelafalan Bahasa Jawa yang dinilainya masih kurang. “Salah satu solusinya yakni mereka harus bereksperimentasi atau mengadaptasi ke dalam Bahasa Jawa yang lazim digunakan masyarakat. Karena melafalkan Bahasa Jawa dalam panggung membutuhkan energi yang besar,” tuturnya.
Ke depannya, pegiat teater tersebut berharap agar Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta melakukan pembinaan dalam bidang bahasa. “Tahapan pertama yang berkaitan tentang teknis pemeranan, permainan, dan penyutradaraan, saya kira sudah tidak ada masalah lagi. Tinggal pembinaan dari Pemkot di wilayah eksplorasi bahasanya,” harapnya.