“Mas, mas, blitz-nya, mas!” hardik seorang abdi dalem kepada warga. Karena pencahayaan yang minim, dan keinginan mengabadikan momen Kirab kebo bule malem 1 Suro, memaksa beberapa warga menggunakan blitz (lampu kilat) untuk memotret prosesi tersebut.
Di sepanjang rute kirab yang turut diikuti Soloevent, kalimat itu acap kali terdengar. Tidak hanya abdi dalem yang dibuat kesal, beberapa anggota keamanan yang terdiri dari unsur Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), Pramuka, dan Resimen Mahasiswa (Menwa), juga beberapa kali tampak menegur ulah penonton itu.
Bahkan sepantauan Soloevent, di beberapa tempat, seperti halaman depan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, jalan Supit Urang, dan Jl. Jenderal Sudirman, terjadi aksi saling dorong antara warga yang menonton dengan anggota keamanan. Kondisi jalanan yang sempit, ditambah warga yang berjubel dan meringsek ke badan jalan, membuat mereka harus bekerja ekstra keras.
Barikade manusia yang dibuat oleh anggota keamanan, membuat penonton terdesak. Bahkan beberapa dari mereka sempat adu mulut dengan penonton. Saat melintasi Jalan Kapten Mulyadi, seorang anggota PSHT yang ditemui Soloevent menuturkan, “Kalau kondisi jalanan yang lebar gini enak. Tadi sempat kesusahan waktu di awal-awal [rute].”
Penjagaan ekstra ketat itu dilakukan demi memperlancar Kirab Malam 1 Sura, yang dihelat pada Jumat (24/10/2014) malam. Jadi, wajar ketika pengamanan diperketat, agar nilai sakral yang terkandung dalam prosesi itu, tidak terganggu dan hilang begitu saja. Menurut Pengageng Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Puger, kirab tersebut merupakan perjalanan budaya yang harus tetap dikawal secara bersama-sama.
Ia juga menjelaskan bahwa Kirab Malam 1 Sura bukanlah ritus yang angker. “Ini merupakan prosesi yang suci, karena berdasar perintah dari Allah SWT untuk mengadakan kesehatan dan keselamatan,” tuturnya. Pusaka yang dikirab, dimungkinkan supaya menjadi pengingat warga, tentang hakikat keselamatan. “Dulu, bangsa ini bisa selamat karena senjata. Pusaka-pusaka itu secara sah diridoi oleh Allah SWT untuk menyelamatkan bangsa,” tambahnya.
Dalam acara kali ini, sebanyak sebelas pusaka laras panjang yang berbentuk tombak dan toya (tongkat), ikut dikirab. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kebo bule keturunan Kyai Slamet menjadi awalan kirab. 2014 ini, sebanyak sembilan kerbau turut diarak.