Soloevent.id, SOLO – Walaupun pada sore hari rigging panggung roboh diterjang angin, yang mengakibatkan seorang personil Harmonia Orchestra terluka, tapi insiden itu dapat teratasi dan tidak terlalu berdampak pada acara penutupan sipa 2014, Sabtu (13/9/2014). Bahkan dari pengamatan Soloevent, pergelaran hari terakhir yang dihelat di Benteng Vastenburg tersebut mampu menyedot banyak pengunjung dibanding dua hari penyelenggaraan sebelumnya.
Empat penampil malam itu –Harmonia Orchestra batal tampil– menyuguhkan sajian yang menarik. Dua delegasi dari Benua Asia yaitu Korea Selatan dan Myanmar, mempertontonkan tarian tradisional mereka. Perwakilan Negeri Gingseng membawakan Pukchong Lion Dance Play, yang dipadukan dengan alat musik tradisional seperti Tung-So (sejenis seruling), tambur, dan Jing (gong). Sementara performer dari Tanah Emas menyuguhkan enam repertoar, termasuk di dalamnya sebuah puppet show.
Pukchong Lion Dance atau Tari Singa Pukchong merupakan tari tradisional dari Kota Pukchong, Korea Utara. Tarian ini terdiri dari delapan adegan yang menampilkan beberapa tokoh, antara lain Cocksae (pelayan), Sandang (penari wanita), Goh-sa (penari pria), dan seorang bungkuk, dan biarawan.
Kemudian masuklah dua singa cokelat berbulu lebat yang diperankan oleh empat pemain. Gerakan mereka sangat atraktif. Mereka merangkak, melompat, hingga bermesraan. Di akhir penampilan, seekor singa turun panggung, dan sempat mengerjai seorang penonton di baris VIP. Di negara asalnya, tari ini dipercaya dapat mengusir roh jahat, sekaligus menyelaraskan kehidupan masyarakat.
Sajian tak kalah menarik ditampilkan oleh Alinkarwutyee Music and Cultural Troupe dari Myanmar dalam penutupan sipa 2014. Dari enam repertoar, selalu dihiasi dengan kostum-kostum warna cerah,. Ada beberapa tarian yang digunakan untuk memberikan penghormatan terhadap simbol-simbol budaya seperti Gunung Poppa dan kota kuno Bagan.
Mereka juga menampilkan tarian yang diambil dari epos Ramayana –dalam bahasa setempat disebut Yamayana, berkisah tentang Datha-giri (Rahwana) yang hendak mempersunting Thida (Sinta) dengan sekuntum mawar. Namun malang bagi Datha-giri karena Thida menampik cintanya.
Selain performance dari delegasi luar negeri, penonton juga mendapatkan hiburan dari perwakilan Bandung (Sanggar Seni Hapsari). Mereka menampilkan Tari Kelangan yang menggambarkan tentang kesenangan semu manusia, hingga akhirnya mereka kelangan (baca: kehilangan) jati dirinya. Sekolah Musik Indonesia asal Solo menjadi penampil terakhir di event akbar SIPA 2014.
Dirjen Ekonomi Kreatif Berbasis Desain, Media dan Iptek Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Hari Waluyo, mengatakan bahwa ke depannya, tidak mustahil SIPA dapat menjadi salah satu rujukan outdoor stage event. “Diharapkan SIPA mempunyai segi kuratorial dan manajerial yang lebih baik agar dapat menarik investor, yang nantinya dapat terintegrasi dengan pertunjukan di benua lain,” pungkasnya.