Tantangan Besar Aquino Umar Main Di Film Ketika Mas Gagah Pergi

1198
TANTANGAN AQUINO UMAR DI FILM KETIKA MAS GAGAH PERGI

TANTANGAN AQUINO UMAR DI FILM KETIKA MAS GAGAH PERGI

Bagi Aquino Umar, bermain di film Ketika Mas Gagah Pergi punya tantangan yang besar. Tokoh Gita yang diperankannya, sangat berkebalikan dengan pribadinya. Gita adalah seorang perempuan tomboy, sementara Noy – panggilan Aquino Umar – di kesehariannya adalah perempuan yang feminim.

“Aku tadinya feminim, rambutku panjangnya sepinggang. Sehabis jadi Gita, rambutku dipotong cepak,” bebernya, dalam jumpa pers di Kedai Cobek Solo Grand Mall, Kamis (28/1/2016). Agar meresapi peran sebagai wanita tomboy, Noy belajar taekwondo dan basket. Bahkan, ia harus mengganti parfum yang punya wangi maskulin. “Biasanya aku pake rok, tiba-tiba ganti celana. Terus aku juga nggak centil lagi. Aku pun belajar cara jalan ala anak tomboy,” kata dia.

Bersama tiga pemeran lainnya – Hamas Syahid Izzudin, Izzah Ajrina dan Masaji Wijayanto, Noy dikarantina selama tiga bulan agar chemistry  antarmereka terbangun. “Awalnya kaku saat pertama kali ketemu mereka. Gara-gara dikarantina, nggak kaku lagi,” jelas perempuan kelahiran 22 April 1995 tersebut.

Baca juga : Trik sutradara Ketika Mas Gagah Pergi mengganti scene Palestina

Sebagai pendatang baru di kancah layar lebar Indonesia, Noy awalnya merasa takut saat harus beradu peran dengan beberapa aktor/aktris senior, yang ikut main di Ketika Mas Gagah Pergi. “Awalnya takut, ‘Aduh kalau salah gimana ini?’ Aku takut juga kalau mereka beranggapan, ‘Gimana sih pendatang baru salah-salah mulu’,” kata dia. Namun, ketakutannya ternyata tidak terbukti. “Mereka itu baik-baik orangnya. Sebelum syuting juga ada diskusi sama mereka. Aku jadi dapet ilmu,” tandasnya.

Ketika Mas Gagah Pergi adalah film layar lebar kedua Noy. Sebelumnya, ia sempat membintangi Coboy Junior the Movie.