Peluncuran Buku Purwanto Yudhanagoro Disela Acara Morning Tea

893

PELUNCURAN BUKU PURWANTO YUDHANAGORO DISELA ACARA MORNING TEA

Morning Tea yang dihelat di Syariah Hotel Surakarta dihadiri oleh beberapa penggiat pariwisata Solo. Acara ini diadakan Sabtu, 14 November 2015 untuk evaluasi pariwisata dan tourism outlook 2016. Selain itu, ada juga peluncurana buku pariwisata yang ditulis oleh Purwanto Yudhanagoro.

Dalam sambutannya sebagai tuan rumah acara ini, Purwanto Yudhanagoro menjelaskan maksud dari Morning Tea itu sendiri. “Asal mula dari morning tea adalah beberapa tahun lalu di Jogja mengadakan pertemuan yang bermanfaat bagi anggota. Tergelitik hati kita sebagi penggiat pariwisata di Solo untuk ATM (Amati Tiru Modifikasi). Karna untuk hal  yang bagus kita tidak perlu malu untuk meniru dan memodifikasi. Akhirnya sampe sekarang bisa kita pertahankan dan kita lestarikan sebagi generasi penerus untuk memanfaatkan kegiatan ini sebaik-baiknya. Anggota morning tea ialah penggiat pariwisata. Pola morning tea pertemuan pertemanan yang tidak mempunyai pola baku.” terang Purwanto Yudhanagoro.

Buku yang diluncurkan Purwanto berjudul,” Resolusi Hospitality Industry.” Buku yang menceritakan tentang cerita hidup Purwanto ini pun sudah dipasarkan di salah satu toko buku di Solo. “Lebih baik sedikit tapi ditulis daripada banyak kata-kata tapi tidak ditulis.” Pepatah itulah yang mebuat Purwanto bersemangat dan percaya bahwa tulisannya akan ada manfaat untuk orang lain. Dalam pembuatan buku ini Purwanto berharap akan ada manfaat untuk pariwisata Indonesia dan juga anak sekolah yang mendalami ilmu pariwisata. “Buku adalah karya kecil kami yang kami dokumentasikan. Dimana itu saya meniti karir kalo dulu eranya belum era IT. Jadi itu adalah tulisan harian saya. Jadi eksekutif sekarang tidak instan. Dulu eksekutif seba manual kalo sekarang IT. Kita punya ilmu banyak tapi kalo tidak didokumentasikan kan eman2”,ujar Purwanto.

Buku ini pun sudah ada 1000 cetakan. Buku ini juga menceritakan tentang implementasi perjalanan  kerja nyata di lapangan seorang Purwanto dari bawah sampe sekarang. Buku perdana yang karangannyanya  ini ternyata memakan waktu selama 2-3 bulan dalam proses penulisan.  “Saya tidak akan berhenti untuk berkarya. Semua itu adalah sumbangsih pengalaman dengan segala keterbatasan yang kita miliki.” imbuh Purwanto.