Lonceng yang dibunyikan oleh Menteri Perindustrian, Saleh Husin, dan Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, menjadi penanda dibukanya Festival Jenang Solo 2015, Minggu (15/2/2015). Opening ceremony pagi itu tampak semarak. Beragam aksi hiburan dipertontonkan para penyaji, yang dikemas dalam tajuk “Pesona Indonesia”. Sebuah panggung di Perempatan Ngarsopuro menjadi wadah para performer untuk menghibur warga.
Seperti namanya, para penampil menyuguhkan atraksi kesenian tradisional dan kontemporer yang bercorak Indonesia. Seperti Reog Ponorogo, Karawitan Ngudilaras SDN Mojo 1, Komunitas Ketan Ireng UNS yang menampilkan Tari Saman, Sanggar Meta Budaya Solo dengan Tari Rampak Cakil, Semarak Candra Kirana dengan Tari Kreasi Bajidorkahot, musik rangkas dari SD Marsudirini, dan juga perform dari Komunitas Red Batik Batik Solo.
Di tempat terpisah, masih di koridor Ngarsopuro, sekitar 50 siswi dari SMP Kristen 3 Margoyudan tampak memarut kelapa. Duduk di tikar berwarna hijau, mereka terlihat bersemangat menuntaskan pekerjaannya. Menurut Ketua Panitia Festival Jenang Solo 2015, Mayor Haristanto, kegiatan marut kelapa ini berfungsi sebagai sarana edukasi bagi generasi muda. “Soalnya sekarang sudah jarang anak marut kelapa,” jelasnya.
Di sisi selatan, koki-koki dari Indonesian Chef Association sedang menggelar masak besar jenang. Ada lima varian bubur yang diolah, yang tentunya sudah dikenal oleh masyarakat, seperti sungsum, ketan hitam, kacang hijau, dan mutiara. Serta tak ketinggalan sang bubur primadona: jenang bahari.
Usai dimasak, bubur-bubur tersebut dibagikan gratis kepada masyarakat. Mereka harus berdesak-desakan demi setakir jenang. Namun, walaupun harus bermandikan peluh, wajah-wajah mereka nampak sumringah usai mendapatkannya.
Ilma salah satunya. Mahasiswi asal Garut ini bersama teman-teman satu kost-nya rela berdesakan demi mendapatkan jenang ketan item. “Buburnya enak. Acaranya seru. Saya ingin ngrasaiin dan juga turut berpartisipasi,” ungkapnya.