Absurd, singkat, padat. Tiga kata itu tepat untuk mendeskripsikan penampilan Fisip Meraung (FM), Jumat (10/10/2014). Band yang beranggotakan Taufik “Topik” Sudirman (gitar, vokal), Megananda “Amek” (bass, vokal), dan Radius Bonifasio (drum) ini, menjadi salah satu penampil dalam gelaran MusicArt. Selain pameran, acara yang dihelat oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) FSSR UNS angkatan 2012 tersebut, turut mengajak beberapa band untuk unjuk gigi.
Walaupun akustik ruangan tidak terlalu baik, tapi tidak menjadi halangan bagi fisip meraung untuk berbagi keceriaan bersama penonton. Puluhan orang yang hadir di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) malam itu, sudah dibuat terpingkal-pingkal oleh aksi trio tersebut usai mereka checksound. “Oh iya ding, nganggo intro sik ding, ya?” celoteh Topik. Setelah itu mengalunlah sebuah tembang pembuka repertoar yang bernafaskan sound ala Pianos Become The Teeth dan Senja Dalam Prosa.
Lagu intro tadi hanyalah awalan dari keabsurdan yang telah disiapkan dalam setlist . Kemudian, band yang pada Juli lalu merilis album Pitik dan Sapi ini, menggeber lagu pertama, “Budi Dodol Tempe”. “Becake Keplindes Sepur” dan “Julio Sang Ilusionis”, menjadi lagu kedua dan ketiga. “Karena kami dari tadi minum air putih, maka kami perlu es teh. This is it, ‘Es Teh’,” ucap Amek saat mengawali lagu yang diambil dari album Gedang Goreng itu.
“Gedang Goreng”, “Ngentasi Memean”, “Bakso Bakar”, tak lupa mereka bawakan. Fisip Meraung terkenal dengan celotehan-celotehan absurdnya yang banyak mengundang tawa. Itu mereka buktikan saat menyanyikan “Sekaten”. Gestur dan gaya bicara Topik yang mirip anak-anak, cukup membuat penonton terbahak-bahak.
Selanjutnya, nomor “Mas Angga”, “De’e”, dan “Soto Lamongan”, dinyanyikan dalam sesi akustik. Dua lagu yang disebutkan di akhir merupakan lagu yang akan dimasukkan di album terbaru. Mereka juga membocorkan bahwa album kesepuluh itu akan dirilis dalam bentuk boxset, dengan jumlah terbatas.
Lagu yang sedang mendapatkan airplay tinggi di salah satu radio di Solo, “Balen”, menjadi akhir dari sesi akustik. Konser Fisip Meraung malam itu ibarat sebuah materi jokes, dengan punchline di bagian akhir. Sebelum mengawali lagu pamungkasnya, Amek sempat berseloroh absurd, “Karena kami adalah Behemoth, maka inilah lagu terakhir kami.” Lagu berdurasi sepuluh detik, “Eaaaaa!”, dipilih sebagai penutup. Sebuah antiklimaks yang mempunyai klimaksnya tersendiri.