Soloevent.id – Malam itu, teriakan orang-orang yang menaiki wahana ombak banyu di pasar malam Sekaten Solo menarik perhatian pengunjung lain. Tak hanya melihat ekspresi deg-degannya para penumpang, mereka berhenti sejenak untuk melihat aksi menantang para joki ombak banyu.
Para joki berlari, melompat, bahkan sampai melayang untuk mengombang-ambingkan wahana ombak banyu. Yap, ombak banyu di pasar malam digerakkan secara manual alias menggunakan tenaga manusia, bukan mesin.
Joki-joki tersebut bekerja tanpa alat-alat pengaman. Hanya bermodal kaos, celana jeans, dan sepatu. Meski tanpa pengaman, Alex (salah satu joki), menjelaskan sampai saat ini tidak pernah ada kejadian yang tidak diinginkan. “Kami memainkan dengan batas kecepatan wajar. Walaupun belum ada pengaman yang cukup, tapi kami ada tim yang mengawasi pengunjung. Sementara untuk para joki, karena sudah terlatih lama, kami tidak pernah takut memainkan ini,” ujar pria asal Klaten itu kepada Soloevent, Kamis (7/11/2019).
Alex mengaku sudah lima tahun menjalani profesi sebagai joki ombak banyu. Dalam sehari, dia dan kawan-kawan bisa meraup keuntungan empat hingga lima juta. Itu bila sepi. Kalau ramai, bisa lebih. Hasil pendapatan mereka dibagi satu tim.
Alex dan kelompoknya berkeliling dari satu kota ke kota lain, yang paling jauh hingga Ponorogo. Mereka selalu memainkan wahana permainan ombak banyu di pasar malam. Satu kelompok terdiri dari 70 orang, termasuk satu penjaga loket tiket.
“Peralatan ini kami bawa sendiri. Untuk harga sewa tempat permainan di sini juga lumayan [mahal], sehingga kami harus bisa mendapatkan penghasilan lebih agar ada pemasukan,” ujarnya.
Wahana pemacu adrenalin ini selalu diminati pengunjung pasar malam. Ada lima wahana ombak banyu di pasar malam Sekaten Solo. Permainan yang diiringi musik menghentak ditambah aksi para “Arjuna” (sebutan untuk para joki) membuat wahana ini ramai. Pengunjung bisa memberikan saweran saat permainan dimulai dan para joki beraksi.