Monday, June 2, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaTeater Sopo Mengkritik Rekayasa Genetika Pangan

Teater Sopo Mengkritik Rekayasa Genetika Pangan

Published on

- Advertisment -spot_img
spot_img

TEATER-SOPO-001

 

Soloevent.id – Mengangkat tema pangan, menjadi hal baru bagi Teater Sopo dalam Pentas Produksi-nya yang ke-20 pada Kamis (9/11/2017) di Gedung Kesenian Taman Balekambang, Solo.

 

Lewat judul ”Semar Nunggu Candi”, Teater Sopo mengemas kegelisahan tentang kondisi pangan yang terlalu banyak rekayasa genetika atau menggunakan unsur kimia. Tak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, kehidupan para petani pun terkena imbasnya.

 

TEATER-SOPO-02

 

Kegelisahan itu diceritakan lewat dua watak utama yang kerap ditemui dalam masyarakat. Yang pertama disimbolkan dengan rayap, mereka mandiri dan bersifat gotong royong. Satunya disimbolkan dengan kerbau. Walaupun berkoloni, tetapi individualis sekali dan suka mencari keuntungan serta memperkaya diri sendiri.

 

Kubu rayap diwakili oleh tokoh wayang Semar dan anak-anaknya. Sedangkan kubu kerbau diwakili oleh Togog dan Mbilung.

 

TEATER-SOPO-03

 

“Dipilih Semar karena menurut kami dia sosok yang bertugas memelihara dunia. Semar digambarkan sebagai seorang petani yang resah karena anak muda sekarang enggak mau jadi petani,” ujar sutradara Pentas Produksi 20 Teater Sopo, Listiyo Budi Santoso.

 

Menurut Listiyo, sebagai akademisi yang berkreasi lewat seni, Teater Sopo perlu menyampaikan isi naskah ini ke anak muda, bahwa sebenarnya industrialisasi pangan saat ini sudah sangat mengerikan.

 

TEATER-SOPO-04

 

Dan realitanya makin susah karena berhadapan dengan bangsa sendiri yang digambarkan berwatak kerbau. Kebanyakan dari mereka punya uang dan kekuasaan. Dari situ akan menjawab nasib-nasib petani yang sudah kerja keras sampai sekarang, tetapi belum juga membaik.

 

“Tapi masih ada, kok, yang tetap mempertahankan kemurnian pangan dengan pertanian organik, itulah inti yang ingin kami sampaikan. Untuk zaman sekarang jika kita kepingin sehat, mau enggak mau harus menanam sendiri,” ungkap Listiyo.

 

 

Penulis: Yasinta Rahmawati

Foto: Reza Kurnia Darmawan

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

Museum Negeri Mulawarman Hadirkan Topeng Hudoq di Museum Keliling Indonesia 2025

Soloevent.id - Pameran museum keliling se-Indonesia digelar di Taman Balekambang Solo, Selasa-Minggu (27 Mei...

Event SMEE-ITT Java Expo 2025 Digelar di Kota Solo, Pamerkan Produk-Produk Unggulan UMKM

Soloevent.id - Event SMEE-ITT (Small Medium Enterprises and Export - Investment Trade Tourism) Java...

More like this

Satu Dekade Kirab Bhinneka Gandekan 2025 Simbol Keberagaman Budaya Kelurahan Gandekan

Soloevent.id - Kirab Bhinneka Gandekan kembali digelar di Kelurahan Gandekan Solo, Minggu (1/6/2025). Event...

Museum Negeri Mulawarman Hadirkan Topeng Hudoq di Museum Keliling Indonesia 2025

Soloevent.id - Pameran museum keliling se-Indonesia digelar di Taman Balekambang Solo, Selasa-Minggu (27 Mei...

Kemeriahan Semarak Budaya Indonesia 2025, Para Penari Tampil Memukau

Soloevent.id - Semarak Budaya Indonesia (SBI) 2025 sebagai agenda tahunan Kota Surakarta kembali digelar...