Soloevent.id – Mau nonton pertunjukan wayang orang yang beda dari biasanya? Jumat (6/10/2017) malam, kamu bisa berkunjung ke Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Di situ bakalan ada pementasan “Sotya Gandhewa” dari Wayang Kautaman.
Lalu, seperti apa sisi baru dari pergelaran ini?
“Sotya Gandhewa” akan dipentaskan lebih modern, tapi tidak meninggalkan akarnya. “Kami membuat format pertunjukan wayang orang yang sanggup berjejer dengan pertunjukan musikal lainnya seperti opera atau kabaret,” jelas sutradara dan penulis naskah “Sotya Gandhewa”, Nanang Hape, dalam jumpa pers di lobi Teater Besar ISI Surakarta, Kamis (5/10/2017).
Di tangan Blacius Subono (penata musik), musik pengiring “Sotya Gandhewa” bakal dieksplorasi lebih dalam dan tetap menampakkan nuansa tradisi.
Selain sisi audio, Wayang Kautaman juga sangat serius dalam menggarap sisi visual. “Agar penonton bisa menangkap adegan, butuh visual yang baik,” ujarnya.
Wayang Kautaman juga tetap menggarap detil sisi penulisan naskah; penyutradaraan; penataan tari, musik, busana, suara, dan artistik. Pementasan ini tambah spesial saat para seniman senior, misalnya Rusini, Elly D. Luthan, Wahyu Santosa Prabwo, Ali Marsudi, dll., ikut berpartisipasi sebagai pemain.
“Kami juga bermain dengan yang muda-muda. Ini adalah peristiwa, bukan cuma mengejar prestise belaka. Dan bagi saya, ini adalah mimpi yang jadi nyata karena untuk pertama kalinya bisa tampil sepanggung dengan Mbak Rusini ,” terang Elly.
“Sotya Gandhewa” merupakan pementasan produksi kedua dari Wayang Kautaman. Dua judul lain yang pernah ditampilkan adalah “Yudakala Tresna” (2015) dan “Abimanyu Mandira Sungsang” (2017).
Selang setahun dipentaskan di Jakarta, lakon ini dibawa ke Solo untuk memeriahkan Dies Natalis ke-53 ISI Surakarta. “Sebagian pendukung Wayang Kautaman adalah seniman-seniman dari ISI Surakarta. Bahkan, 26 September 2017 lalu, kami telah menandatangani MoU (memorandum of understanding) dengan ISI Surakarta sebagai komitmen bersama untuk menjaga kelestarian dan menumbuhkembangkan seni Nusantara,” jelas produser “Sotya Gandhewa”, Ira Surono.
Teks & foto: Reza Kurnia Darmawan