Soloevent.Id – Selama ini banyak yang mengenal Dato Sri Tahir sebagai sosok pengusaha papan atas Indonesia. Ketika usianya masih muda, dia telah menekuni dunia bisnis dengan jualan baju wanita dan sepeda. Lambat laun usahanya tersebut berkembang pesat sehingga punya keberanian masuk ke beberapa sektor lain.
Pada tahun 1986, dia mendirikan Mayapada Group yang bergerak di bidang keuangan atau perbankan, dealer mobil, hingga kesehatan. Kemudian pada tahun 1990 didirikan Bank Mayapada yang kemudian menjadi salah satu bisnis utamanya.
Di Solo, tidak terlalu sulit menemukan cabang usaha dari Mayapada Grup. Misalnya di kawasan Pasar Gede tepatnya di Jl. RE. Martadinata No. 8, terdapat kantor cabang Bank Mayapada. Selain itu ada kantor lain di Laweyan, Pasar Klewer, dan Solo Baru.
Tahir Foundation
Di luar dunia bisnis yang saat ini semakin meroket, Dato Sri Tahir juga mempunyai sebuah yayasan yang secara khusus bergerak di bidang sosial. Yayasan bernama Tahir Foundation ini acap memberi bantuan dan Solo merupakan kota yang lumayan sering mendapat sumbangsih tersebut.
Misalnya pada Juni 2018 lalu, Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta menerima hibah berupa bus tingkat wisata senilai Rp4 miliar. Oleh FX Hadi Rudyatmo yang ketika itu menjabat sebagai Walikota Surakarta, bus tersebut dipakai sebagai sarana transportasi wisata.
Selanjutnya pada Oktober 2021, Pemkot Surakarta kembali mendapatkan bantuan lagi dari Tahir Foundation dalam bentuk lain yakni mobil listrik antik. Jumlah mobil yang memiliki tampilan klasik ini terdiri dari 8 unit dan diserahkan langsung oleh Dato Sri Tahir pada Walikota Surakarta saat ini, Gibran Rakabumingraka.
Tidak jauh beda dengan bantuan bus, mobil antik tersebut juga dipakai untuk kegiatan dan promosi wisata di Solo dengan pengelola yang sama, Dishub Surakarta.
Setelah itu sekitar sepuluh bulan berikutnya atau pada awal September 2021, Dato Sri Tahir kembali menjumpai Gibran. Dalam pertemuan ini tercapai sebuah persetujuan baru antara Tahir Foundation dan Pemkot Surakarta, dalam bentuk pendirian museum di kawasan Pedaringan.
Untuk sementara, museum ini dikasih nama Museum Budaya, Sains, dan Teknologi Bengawan Solo dan saat ini sudah mulai masuk dalam tahap pengerjaan. Setelah jadi, kemungkinan besar namanya akan diganti dengan sebutan yang lebih singkat dengan tujuan agar mudah diingat oleh masyarakat.
Itulah beberapa jejak langkah yang dilakukan oleh Dato Sri Tahir di Solo. Mungkin ada yang bertanya, kenapa sosok pengusaha yang memiliki jiwa dermawan ini punya perhatian tinggi terhadap kota Solo. Jawabannya adalah karena ibu kandung Dato Sri Tahir juga berasal dari Solo.
Dalam suatu wawancara Dato Sri Tahir pernah mengakui hal ini dan keluarganya juga pernah tinggal di Solo. Namun dengan alasan ingin mencari penghidupan yang lebih layak, keluarga tersebut pindah ke Surabaya. Kenangan inilah yang membuat Dato Sri Tahir menaruh perhatian tinggi kepada Kota Solo.