Soloevent.id – Panggung Songgobuwono yang merupakan salah satu bangunan inti dan ikon Keraton Kasunanan Surakarta akan menjadi prioritas utama dalam program revitalisasi. Cagar budaya berusia ratusan tahun ini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Selain banyak tumbuhan liar pada beberapa bagian dinding, konstruksi bangunannya mengalami kerusakan parah bahkan terkesan tidak terawat.
Secara menyeluruh, selama ini pihak keraton hanya bisa melakukan perawatan secara sederhana saja. Misalnya pengecatan dinding di Kori Kamandungan hingga Panggung Songgobuwono. Selebihnya, jika ada yang rusak mereka tidak mampu memperbaiki karena keterbatasan dana.
Harapan Ada Investor Yang Masuk
Sehubungan dengan adanya proyek revitalisasi tersebut, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabumingraka menegaskan komitmenya untuk memberi bantuan. Dia menyatakan hal ini usai menggelar pertemuan dengan Raja Paku Buwono (PB) XIII dan Lembaga Adat (LDA) Keraton Kasunanan di Rumah Dinas Loji Gandrung.
Namun sebagaimana informasi dari DetikJateng, Gibran juga mengaku hingga saat ini belum menemukan solusi terbaik untuk menjalankan program tersebut. Menurutnya, apabila memakai APBD Surakarta tahun 2023 jelas tidak mungkin karena semua telah digedok bersama DPRD.
Untuk itu sebagai alternatifnya, adalah mencari investor. Gibran meyakini jika konflik internal di keraton dapat mereda, kemungkinan ada investor yang tertarik membantu melaksanakan revitalisasi.
Sebelumnya, saat melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab (UEA) Gibran mendapat bantuan hibah senilai 15 juta USD dari pemerintah UEA. Tetapi dana ini akan dipakai untuk melaksanakan beberapa program lain, bukan untuk revitalisasi keraton.
Pada sisi yang lain Gibran juga berjanji akan mengajak dan melibatkan semua pihak dalam lingkungan keraton bersama Tim Ahli Cagar Budaya. Bukan itu saja, dia punya harapan tinggi agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar dan cepat.
Master Plan Revitalisasi
Sementara itu melalui Solopos, adik PB XIII, G. K.R. Wandansari yang lebih sering mendapat sapaan Gusti Moeng menyebutkan, pernah mengadakan kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) sekitar tahun 1980. Tujuan dari kerjasama ini yaitu untuk menyusun dan membuat master plan revitalisasi keraton.
Dalam masterplan tersebut, ada sejumlah bangunan yang diusulkan untuk secepatnya direvitalisasi dan yang paling utama adalah Panggung Songgobuwono. Menurut Gusti Moeng, tidak ada satu pun kerajaan di kawasan Asia Tenggara yang memiliki menara seperti Panggung Songgobuwono. Jadi sudah sewajarnya ketika mengalami kerusakan harus segera diperbaiki.
Lebih lanjut Gusti Moeng menceritakan, Panggung Songgobuwono merupakan suatu bangunan yang terdiri dari lima lantai. Pada zaman dulu sering dipakai oleh raja untuk meditasi karena mampu menghadirkan suasana hening dan sepi. Selain itu masih ada fungsi lain, sebagai sarana pemantauan kondisi sekitar lingkungan keraton.
Di zaman kolonial, keberadaan bangunan ini seringkali memunculkan kecurigaan dari pemerintah Belanda. Mereka merasa diawasi oleh keraton, khususnya terkait dengan kegiatan militer di Benteng Vastenburg yang berada di sebelah utara keraton.