Soloevent.id – Dua lokasi, kampus 1 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Jl. Slamet Riyadi, menjadi pusat kemeriahan Hari Tari Dunia di Kota Solo, Minggu (29/4/2018).
Di ISI Surakarta, sekitar 3.000 seniman unjuk karya dalam Solo 24 Jam Menari 2018. Ribuan penari – totalnya 3.035 – juga memadati Jl. Slamet Riyadi kawasan Gladak hingga Ngapeman untuk menari massal di acara Solo Menari 2018.
Semarak Hari Tari Dunia di Kota Solo dimulai dari halaman Rektorat ISI Surakarta pada jam 06.00 WIB. Setelah dibuka oleh Rektor ISI Surakarta, tiga penari 24 jam: Widyastuti Susilaningtyas, Agatha Irena Praditya, dan Sri Anjani Safitri mulai berlenggak-lenggok selama satu hari penuh hingga Senin (30/4/2018) di jam yang sama. Di upacara pembukaan itu, tiga penari 24 jam turut menampilkan karya tarinya.
Mulai jam 09.00 WIB, lima venue di kawasan ISI Surakarta: Pendhapa, Teater Kecil, Teater Besar, halaman Teater Besar, dan Teater Kapal menjadi panggung bagi 160-an kelompok yang berpartisipasi di ajang ini. Solo 24 Jam Menari 2018 ditutup dengan orasi budaya yang disampaikan sutradara film dan budayawan, Garin Nugroho, pada Senin pagi.
Kemeriahan Hari Tari Dunia di Kota Solo kemudian berlanjut di Jl. Slamet Riyadi. Dua jam setelah pembukaan Solo 24 Jam Menari 2018, 3.035 orang menarikan Gambyong Pareanom secara kolosal. Sebelum tarian itu, 200 penari membuka Solo Menari 2018 dengan membawakan Tari Gambyong 3WMP (Wasis, Wareg, Waras, Mapan, Papan).
Perhelatan akbar itu kemudian ditutup dengan pembagian 200 sampur kepada penonton. Lalu, bersama peserta, mereka menari bersama-sama. Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, dan Wakil Wali Kota Solo, Achmad Purnomo, ikut serta dalam kemeriahan itu.
Solo Menari 2018 yang diikuti 3.035 penari, berhasil masuk dalam catatan Museum Rekor Dunia-Indonesia (MURI) dengan kategori rekor “Pagelaran Tari Gambyong Oleh Penari Terbanyak”. Piagam rekor tersebut diserahkan oleh perwakilan MURI kepada Wali Kota Solo selepas puncak acara.
Rudy menyampaikan, tari merupakan wujud karakter, jati diri, dan kepribadian bangsa. “Saya mengajak generasi muda agar mencintai seni tari tradisional karya anak bangsa, demi membangun jati diri Indonesia,” tuturnya.