Soloevent.id – Enam kelompok kesenian yang menjuarai festival ketoprak di daerahnya masing-masing melangsungkan pementasan di Pendhapa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Rabu-Kamis (18-19/10/2017), dalam acara Festival Kethoprak Jawa Tengah.
Tiap harinya ada tiga grup yang tampil. Teater Onggok SMK N 1 Tulung, Klaten, menjadi penyaji pembuka di hari pertama. Mereka membawakan lakon “Pedhut Jatisrono”.
Pementasan tersebut berkisah tentang kehidupan Banendro, seorang prajurit Mangkunegaran. Saat pulang kampung ke Desa Jatisrono, dia terkejut dan sedih karena pacarnya, Telasih, telah menikah dengan kakak Banendro, Panuntun. Alhasil, hubungan Banendro dengan mantan kekasihnya itu menjadi buruk.
Kemalangan Banendro belum usai. Ketika rombongan begal beraksi di desa, ia dituduh bersekongkol dengan kelompok itu oleh Prono Sumirat, putra Bupati Wonogiri. Padahal Banendro berhasil melumpuhkan para begal.
Fitnah itu dipicu ketidaksukaan Prono Sumirat kepada Banendro dan Panuntun karena mereka berasal dari ayah yang sama yaitu Wirajogo sang Bupati. Keadaan bertambah panas sewaktu Prono Sumirat memperkosa Telasih saat ia kabur dari rumah.
Sehabis Teater Onggok, penonton dihibur lagi oleh penampil kedua, Kentrung Samin dari Solo. Kelompok ini memainkan ketoprak dengan gaya beda. Semua pemain berkumpul di atas panggung – tanpa backstage, dan mereka juga menggunakan alat musik lain seperti rebana, tambur, pianika, slompret.
Disutradarai oleh Winarto, Kentrung Samin mementaskan judul “Suh Talisiji”. Ditemui Soloevent usai manggung, Winarto menjelaskan bahwa Kentrung Samin merupakan terobosan baru dalam dunia kesenian. Ia berujar, walaupun konsepnya digarap kekinian, tapi tidak meninggalkan nilai-nilai tradisi.
“Kami menggabungkan antara tari dan teater, bahkan wayang pun juga bisa masuk. Kentrung Samin adalah wadah bagi anak-anak didik saya untuk belajar, sekaligus menjaga seni agar tidak mati,” kata dosen PGSD FKIP Unisri Surakarta tersebut.
Di Festival Kethoprak Jawa Tengah, Kentrung Samin dimainkan oleh sekitar 100 anak didik Winarto yang berasal dari SMK Adiwiyata Karanganyar dan PGSD FKIP Unisri Surakarta.
Hari pertama Festival Kethoprak Jawa Tengah ditutup oleh Kelompok Sekar, Karanganyar, yang membawakan judul “Ontran-ontran Bulak Gambul”. Di hari kedua, ada penampilan dari “Mardiko Laras” (Purworejo), Kelompok Gumregah (Solo), dan Kethoprak Ngampung (Solo).
Kepala TBJT, Djoko Nugroho Witjaksono, mengatakan mayoritas yang tampil di event ini merupakan seniman-seniman muda. “Pastinya mereka ada pengayaan bentuk sajian, sehingga diharapkan bisa merangkul generasi muda untuk menonton,” tuturnya.
Penulis: Reza Kurni Darmawan
Foto: Reza Kurnia Darmawan