Soloevent.id – “Tiji tibeh! Mati siji mati kabeh, mukti siji mukti kabeh!” Kalimat itu dipekikkan dari atas panggung Gedung Kesenian Taman Balekambang oleh dua penari muda dari Kinarya Soeryo Soemirat.
Saat itu mereka sedang menampilkan Tari Sekar Sumirat, sebuah tari kepahlawanan yang terinspirasi dari kegigihan Raden Mas Said dan Putri Matah Ati sewaktu melawan penjajah.
Tari Sekar Sumirat menjadi salah satu sajian yang dipentaskan dalam Semarak Budaya Indonesia 2017, Jumat (28/7/2017). Malam itu, ada 16 tarian yang disuguhkan kepada penonton.
Pertunjukan hari kedua Semarak Budaya Indonesia 2017 dibuka dengan Tari Baluse yang dibawakan Komunitas Masyarakat Nias. Kemudian disusul oleh Klangenan Budaya Prabudiningrat yang menampilkan tarian bergerakan lembut, Tari Bedhaya Tolu.
Penonton kembali dihibur gerakan-gerakan tari nan energik. Kali ini yang unjuk gigi adalah Sanggar Semarak Candra Kirana yang menampilkan Tari Jaipong Leungiteun. Tari yang dibawakan oleh tujuh perempuan muda ini dibuka dengan atraksi salto salah seorang penari. Pantas saja ada salto soalnya tarian ini merupakan penggabungan beberapa seni tradisional, seperti pencak silat, wayang golek, dan ketuk tilu.
Tarian-tarian tradisional, nusantara, kontemporer, dan modern terus disajikan hingga malam bertambah malam. Komunitas Masyarakat Nias ditunjuk menutup Semarak Budaya Indonesia 2017 lewat Tari Hambo Batu alias lompat batu.
2017 ini adalah kali keempat Semarak Budaya Indonesia diselenggarakan. Menurut Ketua Panitia Semarak Budaya Indonesia 2017, Disti Irfani Nurjannah, Semarak Budaya Indonesia 2017 masih mengusung misi apresiasi dan aktualisasi sanggar-sanggar tari di seluruh Indonesia. “Megah Tari Nusantara” jadi tema perhelatan ini. “Lewat tema itu, kami ingin mengajak dan mengenalkan generasi muda terhadap berbagai tarian yang ada di Nusantara,” terangnya.
Semarak Budaya Indonesia 2017 diikuti sebelas sanggar tari dari dalam maupun luar Kota Solo.