Soloevent.id – Untuk ketiga kalinya, Solo Skin Art Exhibition digelar oleh Solo Tattoo Solidarity. Event berskala internasional ini diikuti kurang lebih 75 studio tato dari berbagai kota di Indonesia. Ada juga delegasi dari mancanegara, seperti Malaysia, Filipina, Australia, dan Rusia.
Solo Skin Art Exhibition #3 punya misi untuk mensosialisasikan tato baik dan modern kepada masyarakat. “Apabila tato dikerjakan secara baik dan benar, akan menjadi sesuatu yang bisa dikonsumsi secara aman,, bahkan untuk kulit-kulit yang berpotensi keloid sekalipun,” kata Ketua Panitia Solo Skin Art Exhibition #3, Prasetya Enggar Pradana.
Ia menjelaskan, setiap seniman tato punya SOP (standard operating procedure) terkait kehigienisan. Prasetya mencontohkan penggunaan jarum suntik sekali pakai untuk satu klien. Prasetya menambahkan, tattoo artists tetap butuh dukungan pemerintah, terutama menyangkut hal-hal medis. Salah satunya jarum suntik.
Menurut seniman tato yang mewakili Indonesia dalam Australian Tattoo Expo 2016 itu, selama ini peralatan para tattoo artist di Indonesia biasanya didatangkan dari luar negeri. Indonesia sebenarnya ada, tetapi kualitasnya masih jauh dibanding produk impor.
“Kendala itu terbantu dengan adanya internet. Biasanya kami melakukan pembelian secara online. Kadang juga sering titip sama teman sewaktu mereka ke luar negeri,” ujarnya. Namun, masalah baru muncul. Kadangkala barang-barang itu sampai ke tangan mereka dalam keadaan rusak.
Seniman tato yang kerap disapa Dodo itu menegaskan, walau mengalami hambatan, tattoo artist tetap tidak boleh mengesampingkan faktor higienis dan kualitas.