Soloevent.id – Pernah mendengar upacara tetesan? Atau jangan-jangan ini baru pertama kali mendengarnya? Tetesan adalah salah satu prosesi dalam kebudayaan Jawa. Upacara ini merupakan acara selamatan bagi anak perempuan yang berusia delapan tahun.
Di era modern ini tetesan mungkin sudah jarang dilakukan. Untuk mengenalkan lagi ke masyarakat dan sebagai bentuk pelestarian budaya Jawa, Istana Mangkunegaran menampilkan simulasi tetesan dalam Mangkunegaran Performing Art 2017 yang digelar di Pendhapa Pura Mangkunegaran, Sabtu (18/3/2017).
Tetesan dilaksanakan sebagai penanda proses tumbuh dan kembangnya seorang anak perempuan menjadi dewasa. Menurut kepercayaan, jika prosesi ini tidak dilakukan bakal mengakibatkan anak menjadi klunthing (tidak bisa tumbuh dan berkembang secara wajar). Tetesan sebaiknya digelar bertepatan dengan ulangtahun kedelapan si anak.
Tetesan biasanya dilangsungkan pada pukul delapan pagi di sebuah ruang tertutup. Sebelum tetesan dimulai, berbagai ubo rampe (perlengkapan) harus disiapkan, antara lain jenang (abrit, pethak, baro-baro), tumpeng (robyong dan gundul), setangkup gula jawa, satu buah kelapa, beras, sirih, kemiri, dan lainnya.
Alas untuk upacara tetesan juga harus diperhatikan. Untuk alas bagian atas disusun dari tujuh lapis kain yakni letrek, sindu, panguntulak, mayang sekar, liwatan, yuyu sekandang, dan lurik sinjang. Sedangkan alas bagian bawah menggunakan bermacam daun, seperti keluak, opo-opo, dadap srep, dan alang-alang.
Prosesi ini diawali dengan Bong Wadon (juru sunat wanita) mengusapkan kapas basah yang telah diolesi kunyit ke organ intim si anak. Selama tahap ini mata si anak ditutup oleh ibunya menggunakan tangan. Kemudian si anak diberi dua macam minuman tradisional.
Tahap selanjutnya adalah prosesi siraman. Si anak dimandikan menggunakan air kembang oleh nenek, ibu, ayah, dan tujuh kerabat perempuan. Setelah itu si anak dibawa ke kamar rias. Pada saat putrinya didandani, ibu menyiapkan nasi tumpeng yang akan dibagikan dalam perjamuan tetesan (biasa disebut dengan jagongan wadon).
Peraga Bong Wadon, Raden Ayu Tumenggung Anna Hudoko Artista, menjelaskan, tetesan dimaksudkan untuk membuang sial. “Harapan setelah prosesi ini agar anak dapat berkembang dan tumbuh menjadi dewasa dan terbebas dari segala gangguan, serta bisa berguna bagi orang-orang di sekitarnya,” jelasnya.