Soloevent. id – Bunyi terompet Ponorogo dan dentuman kendang serta gamelan membahana di Stadion R. Maladi, Sriwedari, Sabtu (15/10/2016). Bebunyian tersebut mengiringi gerakan Suprapto Suryodarmo dan kawan-kawan saat membawakan sebuah potongan cerita Reog Ponorogo.
Pentas sekaligus umbul donga itu menjadi pembuka sebuah festival yang mempertemukan kelompok-kelompok Reog dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ajang tersebut bernama Festival Nasional Semarak Singo Barong 2016.
Hari itu hingga Minggu (16/10/2016), sebanyak 30 kelompok kesenian reog berlomba merebutkan gelar terbaik. Peserta berasal dari beberapa daerah seperti Solo, Sukoharjo, Wonogiri, Salatiga, Ponorogo, dan Malang.
Ketua Panitia Festival Nasional Semarak Singo Barong 2016, Eko Sadono, menyebutkan, event ini mencari para pembarong yang berkarakter. “Kalau orang sudah masuk ke dadak merak, karakternya menjadi seperti macan. Kami mencari pembarong yang bisa menjiwai peran, misal saat berkelahi, tidur, ataupun menari,” ujarnya saat ditemui awak media, Sabtu (15/10/2016).
Lelaki yang kerap dipanggil Eko Belang itu menambahkan, di setiap edisi ada peningkatan dari segi kualitas pementasan. Menurutnya, peserta tidak lagi asal main. Di tahun keempat ini, jumlah peserta dan penonton juga bertambah.
Selain melestarikan budaya bangsa, Festival Nasional Semarak Singo Barong 2016 digelar untuk mencari bibit-bibit seniman reog. “Diharapkan dari kegiatan ini dapat memotivasi para seniman reog untuk terus berkreasi,” ujar Eko.
Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo (diwakili oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Eny Tyasni Suzana), mengapresiasi diselenggarakannya Festival Nasional Semarak Singo Barong 2016. Ia berpesan, reog sebagai seni tradisi bangsa Indonesia harus dijaga regenerasinya supaya reog semakin lestari.