Sebelum memulai aktivitas di Hari Senin, akhir pekan concert goers Kota Solo ditutup dengan syahdu oleh Efek Rumah Kaca. Yup, band asal Jakarta ini manggung lagi di Kota Bengawan dalam event Biofest 2015, Minggu (29/11/2015).
Ini adalah panggung perdana Efek Rumah Kaca di Kota Solo, pasca pulang kampungnya vokalis-gitaris Cholil Mahmud, dari studinya di Amerika Serikat. Otomatis, fans Efek Rumah Kaca enggak kepengen menyia-nyiakan momen tersebut. Di tiap lagu, mereka selalu nyanyi bareng dengan band idolanya.
“Debu-debu Beterbangan” jadi pembuka penampilan Cholil cs di Biofest 2015. Lagu yang berasal dari album perdana Efek Rumah Kaca ini digarap lebih dramatis daripada versi originalnya. Sehabis mendayu-dayu, Efek Rumah Kaca menghentak penonton dengan “Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa”. Yah, walaupun akustik ruang di GOR Manahan kurang begitu baik, tetapi atas nama romantisme, penonton seolah tak memedulikan itu.
Di jeda pergantian lagu, Cholil mengingat-ingat penampilannya di Kota Solo. “Kapan ya terakhir kali Efek Rumah Kaca main di sini?” tanya Cholil, yang langsung dijawab secara bersahutan oleh penggemarnya.
Malam itu, Efek Rumah Kaca memoles beberapa lagu – antara lain “Sebelah Mata” dan “Hujan Jangan Marah” – dengan sentuhan post-rock. Agak sedikit kelam, memang. Ya, hampir mirip sama Pandai Besi-lah, tapi dengan durasi normal.
Setlist yang dimainkan Efek Rumah kaca di Biofest 2015 cukup beragam. Beberapa lagu hits nggak ketinggalan buat disajikan. Nah, yang spesial adalah dibawakannya dua lagu baru, “Biru” dan “Putih”. Dua nomor berdurasi panjang yang bakalan masuk di album ketiga Efek Rumah Kaca itu, cukup menyita perhatian penonton. “Kalian bisa dengerin dan download dua lagu itu lewat Soundcloud kami,” jelas Cholil.
Total ada 14 lagu yang dinyanyikan Efek Rumah Kaca di event bertema “Alam Bisa Dikonserkan” itu.. Seperti biasanya, band yang dulu bernama Superego tersebut menutup repertoarnya dengan lagu melankolis, “Desember”.
Koor massal pun semakin keras, saat lirik terakhir “Desember” dinyanyikan. “Seperti pelangi, setia, menunggu hujan reda.”