Sebuah karya hardboard cut berukuran 40×120 cm dengan judul “Kangen Rumah”, terpampang di Galeri Seni Rupa Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) Solo. Karya grafis hitam putih milik Almukalis Farisada itu terlihat kompleks dengan cukilan berbentuk tumbuh-tumbuhan lebat. Seperti sebuah pedesaan di belantara, di sisi kanan pepohonan itu berdiri sebuah rumah tua. Di depannya tampak papan penunjuk arah bertuliskan “Dunxary”.
Karya yang dibuat tahun 2013 itu bersanding dengan 100-an karya lain dari 45 mahasiswa studio grafis Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Salah satu karya lain berteknik silk screen dengan judul “Kenangan Masa Lalu”, menggambarkan sesosok wanita berparas ayu dengan hiasan bunga di rambutnya. Si pembuat, Farit Setiyanti, seperti ingin mencuplikkan memori tentang seseorang di masa lalunya.
Hasil karya mahasiswa studio grafis angkatan 2012, 2013, dan alumni studio grafis ini dipamerkan dalam 3 in One #4, Jumat-Minggu (1-3/5/2015). Menurut Ketua Pameran 3 in One #4, Dedy Kurniawan, di edisi kali ini mayoritas karya yang ditampilkan menggunakan teknik cukil dan sablon. “Karena kedua teknik itu tidak banyak membutuhkan alat. Ini sekaligus membuka kesempatan teman-teman, siapa tahu bisa menciptakan usaha [sablon],” jelasnya kepada Soloevent, Minggu (3/5/2015) malam.
Tak hanya menampilkan karya, pameran ini ternyata juga ingin menyampaikan sindiran. Melalui tema “Adat Banget”, mereka ingin mengkritisi kebiasaan mahasiswa yang selalu tunduk pada apa yang diajarkan dosen. “Kalau selalu ‘patuh’ terhadap dosen, mereka tidak akan berkembang. Kami ingin menciptakan model baru, untuk menciptakan kebebasan berekspresi dan tidak terkekang,” Â tutur Dedy.
Tema itu terinspirasi oleh kejadian yang dialami temannya. “Ada seorang teman yang membuat tugas kuliah di luar apa yang diajarkan dosen. Dosennya bilang nggak boleh. Tugas yang dikerjakan adalah apa yang diajarkan dosen,” bebernya.
Menurut mahasiswa FSRD UNS angkatan 2012 itu, salah satu gebrakan yang dibuat yaitu dengan menampilkan karya-karya instalasi seni grafis, yang dikonsep layaknya jemuran. “Teknik ini tidak diajarkan oleh instansi. Kami tahu itu dari seniman-seniman Yogyakarta dan Bandung. Mereka tidak menampilkan yang itu-itu saja,” terangnya.
Selain berpameran, 3 in One #4 juga dimeriahkan dengan kompetisi hardboardcut, yang diikuti oleh mahasiswa dan masyarakat umum. Diadakan pula workshop hardboardcut bagi murid Sekolah Menengah Atas (SMA).