Udah pernah nonton film August Rush? Itu lho film tentang anak laki-laki yang jago main gitar. Uniknya, si tokoh yang bernama Evan Taylor ini, teknik main gitarnya beda dengan gitaris kebanyakan. Senarnya tidak ia genjreng, melainkan dipukul dan dipijit. Udah kebanyang kan seperti apa permainannya?
Nah, di artikel ini Soloevent nggak akan membahas si Evan Taylor alias August Rush. Tapi, Soloevent bakal nyeritain tentang seorang musisi yang teknik permainan gitarnya sebelas-duabelas sama Evan. Dia adalah Fey Ehsan. Buat yang seneng nonton Indonesia Mencari Bakat (IMB), pastinya nggak asing dengan nama itu. Yap, dia adalah salah satu finalisnya.
Rabu (8/4/2015), pria kelahiran 12 Januari 1984 itu manggung di acara Urban Art Festival yang digelar di The Park Mall Solo Baru. Fey tampil sekitar jam 20.00 WIB. Saat di panggung, finalis IMB 3 ini langsung menggebrak dengan permainan uniknya.
Lagu-lagu pop yang biasa didengar, seperti “Payphone”, “Could It Be Love”, “Just Give Me a Reason”, ia bawakan secara instrumental. Walaupun Fey hanya bermodalkan satu gitar akustik, tapi berkat skill-nya yang aduhai, dia dapat menambahkan nuansa kick drum maupun scratching ala-ala disc jokey.
Hampir sama kayak tokoh August Rush, pria yang mengaku mengidolakan gitaris virtuoso flamenco Paco de Lucia ini, tidak membopong gitarnya. Dia hanya meletakkannya di atas guitar case. Cara permainan gitarnya pun hampir mirip. Oh, satu hal, teknik yang dimainkannya, ia namai dengan “wirang drumming”.
“Dulunya teknik ini banyak diragukan. Ketika pertama kali dirumuskan, banyak orang yang menertawakan. Waktu saya main band, saya dibuang oleh mereka. Saya akhirnya mencoba solusi terbaik dengan membuat teori baru. Maka munculah teknik baru yang saya mainkan ini. Mungkin terasa aneh,” tuturnya di tengah pergantian lagu.
Penampilannya malam itu, ia tutup dengan mengajak vokalis band Starfive, Vivian, untuk berkolaborasi menyanyikan “Granade”.