Bertindak sebagai pemuncak acara Pesta Partai Barbar Fest 2015, Down For Life tampil menggila. Selama 90 menit, band metal kondang asal Solo itu sukses mengobati kerinduan para Pasukan Babi Neraka dalam laga kandang terbarunya, Minggu (22/2/2015).
Pesta sudah dimulai sejak Salahudin Al Ayubi, Poison Nova, Kapital, Revenge, dan banyak band pembuka lain, tampil di atas panggung. Seolah tak kenal lelah, ribuan massa berbaju hitam tersebut terus berdansa liar saat mereka unjuk kebolehan.
Dan puncak kemeriahan malam itupun berlangsung saat sang tuan rumah, Down For Life, menguasai panggung. Band yang telah merilis dua album ini mengawali kedigdayaannya lewat lagu “Pesta Partai Bar-Bar”. Para penggemar yang sedari awal telah menunggu, kian meliar dengan membuat circle pit sesuai instruksi sang jenderal, Stephanus Adjie.
Sebelum membawakan “One Town One Crown”, Adjie sempat berseloroh. “Untuk pertama kalinya, kami bisa merebut tahta Sera,” candanya yang diikuti tawa para penonton. Ya, pasalnya konser malam itu diadakan di THR Sriwedari, venue yang rutin mendatangkan orkes dangdut tersebut. Setelahnya, DFL memainkan dua nomor dari album Himne Perang Akhir Pekan, “Tech(no)logic” dan “Liturgi Penyesatan”. Lagu yang disebutkan di akhir, DFL berkolaborasi dengan seorang gitaris bule muda, Agus.
Seperti diberitakan sebelumnya, dalam perhelatan ini DFL mengundang empat mantan personilnya untuk berkolaborasi. Uziel Jayadi (eks drummer) dan Moses Rizky (eks gitaris) tampil di kloter pertama. Mereka membawakan lagu “Village to Privellege” sebuah lagu dari album kedua di mana keduanya turut berkontribusi.
Mengenang kebersamaan bersama Moses, Adjie sempat bercerita lucu tentang pengalaman DFL sewaktu tur bersama Burgerkill di Kendal. “Waktu kami makan di restoran, ada banyak orang yang minta foto bareng Moses. Usai makan, kami ditanyai, ‘Mas, itu tadi vokalis band Repvblik to?'” kenang Adjie.
Usai membawakan “Counterfeit”, ada momen unik di panggung. Para “hell crew” (sebutan untuk kru DFL) yang selama ini berada di balik layar, “dipaksa” tampil di depan menggantikan para personel inti. Mereka memainkan “Menuju Matahari”. Walaupun sedikit fals, tapi momen itulah yang malah membuat mereka bahagia. Terutama saat seorang kru memainkan part gitar melodius. Dari samping panggung, tampak Adjie dan Rio Baskara (gitaris) membuat gaya seolah sedang menyembahnya.
Setelah rehat sebentar, DFL kembali membombardir massa lewat “Prosa Keseteraan”. Lalu mereka kembali ke era album Simponi Kebisingan Babi Neraka. Nomor pertama yang dimainkan adalah “Tertikam dari Belakang”. Di dua lagu selanjutnya, Imam Santoso (eks gitaris) dan Pak Dodik (eks drummer), tampil menemani Adjie, Rio, Isa Mahendrajati (gitaris), Ahmad Jojo Ashar (basist), serta Muhammad Abdul Latief (drummer). Mereka memainkan dua lagu lawas yang kini jarang dinyanyikan, “Pasoepati” dan “Change”. Saat “Pasoepati” dibawakan, suasana THR Sriwedari berubah layaknya Stadion Manahan karena adanya red flare yang dinyalakan.
Pesta Partai Barbar Fest 2015 ditutup dengan klimaks oleh “Pasukan Babi Neraka”. Seluruh personel, eks personel, dan hell crew tampil di atas panggung demi merayakan pesta singkat itu.