“Mundur, mundur! Pak, Bu, sing tertib nggih antrine,” kata seorang volunteer Festival Jenang Solo 2015 kepada para warga yang tak sabar mendapatkan jatah bubur gratis. Usai dimasak oleh para koki dari Indonesian Chef Association, kelima macam jenang dibagikan gratis kepada warga. 5 menu yang disajikan yakni sungsum, ketan hitam, kacang hijau, mutiara, dan jenang bahari.
Warga yang antusias, rela berdesak-desakan demi mendapatkan setakir bubur. Yang pertama dibagi adalah ketan hitam. Tak sampai 20 menit, penganan tradisional itu habis diserbu pengunjung. Ketua Panitia Festival Jenang Solo 2015, Mayor Haristanto, turun tangan langsung dalam membagikannya. Dibantu tiga volunteer, mereka dengan sigap menuangkan jenang ke dalam takir.
Walaupun harus saling berhimpitan, tapi warga yang beruntung mendapatkan bubur terlihat senang. Satya dan Dara dua di antaranya. Mahasiswa dan mahasiswi asal Cirebon yang sedang menimba ilmu di perguruan tinggi negeri di Solo ini mengaku kagum dengan acara ini. “Di tempat asal kami, nggak ada festival seperti ini,” ucap Satya.
“Buburnya enak, tapi males waktu antrinya,” tutur Dara sembari melahap bubur mutiara. “Ini jenang kedua. Tadi sudah makan yang ketan hitam, nanti mau tambah lagi,” candanya. Hampir sama dengan Satya dan Dara, Ilma seorang mahasiswi asal Garut ini juga rela berdesakan demi mendapatkan bubur gratis. “Buburnya enak. Acaranya seru. Saya ingin ngrasaiin dan juga turut berpartisipasi,” kata dia, yang datang bersama teman-teman satu kost-nya.
Ketua Indonesian Chef Association cabang Solo, Hendro Purwanto, menuturkan sekitar 25 koki turut berpartisipasi dalam masak besar jenang yang membuka Festival Jenang Solo 2015, Minggu (15/2/2015) di koridor Ngarsopuro. “Para chef tersebut berasal dari hotel dan restoran yang ada di Solo,” jelasnya. Hendro menambahkan, proses memasak bubur-bubur itu memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.