Tuesday, December 17, 2024
spot_img
HomeSeni dan BudayaHarmonisasi Energi Dalam Karya Galih Naga Seno

Harmonisasi Energi Dalam Karya Galih Naga Seno

Published on

spot_img
spot_img

HARMONISASI ENERGI DALAM KARYA GALIH NAGA SENO__

“…Yamaraja jaramaya. Yamarani niramaya. Yasilapa palasiya. Yamirada darimaya. Yamidosa sadomiya…”

Aroma dupa menyeruak di Pendhapa Wisma Seni Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT). Bau tersebut mengiringi lampu panggung yang perlahan menyala. Tampak seorang laki-laki duduk bersila di tengah tujuh buah sapu lidi yang mengitarinya. Ujung-ujung lidi itu ditancapi dengan cabai merah. Layaknya seorang pertapa, ia memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi.

Alat-alat musik yang ia bawa, seperti Tibetan singing bowl, shakuhachi, dan beberapa alat tiup lain mulai dimainkan untuk mengiringi proses pembauran energi tersebut. Lalu tiga orang penari muncul. Satu orang penari wanita dengan langkah perlahan, menghamparkan kain putih yang dibawanya. Kemudian ia duduk di atasnya. Sementara dua orang penari pria berdiri tanpa gerak di samping kanan-kiri sang lelaki yang bersila.

Seiring instrumen yang mulai gencar dialunkan, para penari lelaki mulai meliukkan tubuh. Mereka melakukannya secara bertahap. Ketika gerakannya mulai cepat, seorang penari lelaki terlihat mengerang. Ia mengambil sapu lidi dan menyibakkannya ke udara hingga lidinya berhamburan. Tak berselang lama, satu penari pria lainnya melakukan hal yang sama.

Saat kondisi semakin “genting”, sang penari wanita mulai beranjak. Ia lalu melafalkan mantra Kalacakra, yang bebunyiannya ditulis di paragraf awal. Tampaknya lafal mantra itu manjur. Kedua pria yang awalnya terlihat beringas, mulai meluluh. Keduanya kemudian kembali ke posisi sadarnya.

Ya, gambaran di atas merupakan rangkuman pementasan berjudul “Ngrasuk” karya Galih Naga Seno, yang dipertunjukkan pada Bukan Musik Biasa #44, Rabu (28/1/2015). Dalam sesi diskusi yang berlangsung usai acara, Galih menuturkan karyanya tersebut adalah bentuk sinkronisasi tubuh manusia dengan energi-energi kehidupan.

“Manusia mempunyai sisi spiritualitas yang menghasilkan getaran ke dalam energi ruang, waktu, dan alam. Saya mencoba menyerapkannya ke tubuh para penari,” tutur Galih. Alat-alat musik yang ia bunyikan, merupakan perantara proses itu. “Musik yang saya mainkan tidak ada komposisinya. Saya tadi melakukan improvisasi rasa, yang mana digerakkan oleh energi-energi itu. Manakala getaran bunyi mencapai titik kesadaran, manusia berada pada titik pasrah dan ikhlas,” ungkapnya.

Pembicara Bukan Musik Biasa #44, Bondan Aji Manggala, menuturkan karya Galih Naga Seno itu merupakan proses dialog tubuh dengan dunia. “Aktivitas manusia selalu berhubungan dengan tubuh. Tubuh melekat ke lingkungan. Dari pertunjukan tadi, Galih sepertinya membuat lingkungan yang sugestif,” paparnya.

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Rayakan Anniversary Solo Paragon Mall Ke-12+1 dengan Kostum Unik

Soloevent.id - Solo Paragon Mall baru saja menggelar perayaan anniversary yang ke-13 pada Senin...

Meet & Greet  Special Disney Friends di Pakuwon Mall Solo Baru

Soloevent.id - Menyambut liburan Natal dan akhir tahun 2024, Pakuwon Mall Solo Baru menghadirkan...

Festival Seni Budaya Kerajaan Nusantara 2024 Digelar Meriah

Soloevent.id - Kota Solo kembali menjadi tuan rumah festival budaya skala nasional. Acara dengan...

More like this

Festival Seni Budaya Kerajaan Nusantara 2024 Digelar Meriah

Soloevent.id - Kota Solo kembali menjadi tuan rumah festival budaya skala nasional. Acara dengan...

Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Gelar Pameran Art Reflection

Soloevent.id - Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret berkolaborasi dengan Solo...

BKTT UNS Sukses Gelar Pertunjukan Wayang Orang di RRI Surakarta

Soloevent.id - Terdapat sesuatu yang sangat istimewa pada Jumat, 29 November 2024 kemarin di...