Friday, August 1, 2025
spot_img
HomeSeni dan BudayaAnyirnya Jawa Dalam Karya Usman Kalabintalu

Anyirnya Jawa Dalam Karya Usman Kalabintalu

Published on

- Advertisement -spot_img

KARYA USMAN KALABINTALU 1_

Raungan feedback dari amplifier yang menyeruak ke seluruh penjuru Bentara Budaya Balai Soedjatmoko, menjadi akhir sesi penampilan band Djiwo. Dengan mengusung konsep happening art, unit black metal asal Solo itu didaulat sebagai pembuka pameran artwork black metal yang bertajuk “Vorstendom”, Sabtu (1/10/2014).

Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, vorstendom berarti kepangeranan. Lalu, apakah hubungan kepangeranan dan black metal? Di negara asalnya, “gelar” seperti Count Grisnackh dan Emperor Magus Caligula disandang oleh beberapa personil band sebagai alter ego mereka. Namun, Usman Supardi – lebih dikenal sebagai Usman Kalabintalu – selaku artworker, tidak ingin memunculkan nama-nama itu. Ia lebih terpanggil untuk menampilkan sosok-sosok asli Jawa yang terkesan lebih “wingit” dalam karyanya.

Maka sub-tema “Kedjawen Pagan Front” dipilih oleh pria kelahiran 23 Agustus 1989 ini untuk mengetengahkan spirit ke-Jawa-an, sekaligus meluruskan cara pandang orang yang menganggap black metal selalu diasumsikan dengan hal-hal berbau satanisme. “Hal-hal seperti itu tidak identik dengan kebudayaan kita. Daripada kita mengekor yang di sana [Barat], yang sebenarnya kita tidak tahu ceritanya, dan tidak mengalami, lebih baik saya angkat [tema] ini saja, yang mencerminkan kehidupan  sehari;hari sebagai orang Jawa,” jelasnya kepada Soloevent.

Walaupun mengangkat tema Jawa, tapi dia tetap menggabungkan unsur horor ala black metal ke dalam 40 karyanya sebagai identitas. Salah satunya yakni “Klana Daru Beksi”. Lewat guratan tangannya yang berdimensi 30 x 22 cm itu, ia menampilkan Topeng Klana yang dihiasi corpse paint. Selain memaparkan imaji tentang wujud destruktif dari manusia, melalui karyanya itu Usman juga ingin berbicara tentang sisi kelemahan dan kebodohan dalam diri setiap insan.

Tidak hanya figur-figur “anyir” yang ia pamerkan. Kekuatan alam pun tak lupa ia gambarkan. “Kita hidup dengan alam. Jika alam  tidak ada, maka begitu juga dengan kita.  Di Jawa,  kita punya sadulur papat lima pancer yang bermakna kekuatan unsur alam yaitu api, tanah, air, angin, dan satu pancer-nya yaitu diri kita sendiri,” terangnya. “Tjleret Taon” adalah satu di antaranya. Karya tahun 2013 itu menggambarkan perwujudan lain udara yang dinamakan maruta, yakni kekuatan yang dapat menghancurkan dan meluluhlantakkan.

 

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Artikel Populer

Artikel Terbaru

Pre-Event SIPA 2025 di Solo Paragon Mall Tampilkan Pertunjukan Seni Hingga Talkshow

Soloevent.id - Bulan September mendatang, Solo International Performing Arts (SIPA) bakalan digelar lagi.  Berbagai...

Peringati Hari Kebaya Nasional 2025, Kota Solo Gelar Parade Kebaya Nusantara

Soloevent.id - Dalam rangka Hari Kebaya Nasional Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi (Ditjen...

Malam Puncak Solo Keroncong Festival 2025 Berlangsung Meriah, Hadirkan Penyanyi Malaysia

Soloevent.id - Solo Keroncong Festival (SKF) 2025 kembali digelar pada Jumat - Sabtu (25–26...

More like this

Pre-Event SIPA 2025 di Solo Paragon Mall Tampilkan Pertunjukan Seni Hingga Talkshow

Soloevent.id - Bulan September mendatang, Solo International Performing Arts (SIPA) bakalan digelar lagi.  Berbagai...

Peringati Hari Kebaya Nasional 2025, Kota Solo Gelar Parade Kebaya Nusantara

Soloevent.id - Dalam rangka Hari Kebaya Nasional Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi (Ditjen...

Peringati Hari Kebaya Nasional, The Sunan Hotel Solo Ajak Generasi Muda Untuk Bangga Berkebaya Dalam “Simfoni Wastra”

Soloevent.id - Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada Kamis (24/07/25), memberikan semangat tersendiri bagi...