Ikatan Alumni SMA Siji (Kasmaji) dan SMA Negeri 1 Solo pada Minggu, 10 Agustus 2014, menggelar pementasan ketoprak dengan lakon Babad Sala. Mereka juga turut mengajak berpartisipasi beberapa pegiat seni tradisi dari Ketoprak Ngampung Balekambang, Wayang Orang Sriwedari, Intitut Seni Indonesia (ISI) Solo, dan SMK Negeri 8 Solo (SMKI).
Pentas Babad Sala bertempat di Gedung Wayang Orang Sriwedari. Pentas yang disutradai oleh Dwi Susanto ini berkisah tentang sejarah berdirinya Kota Solo. Pentas dimulai pukul 20.30 WIB, dibagi ke dalam empat babak. Di akhir babak, Dwi Susanto selaku sutradara memberikan kritikan terhadap Keraton Surakarta kini.
Dikisahkan di babak itu, sekelompok pemuda yang sedang terlibat tawuran hendak dilerai oleh seorang tumenggung. Namun wejangan dari tumenggung tidak digubris sama sekali oleh mereka. Malahan, mereka membalikkan kata-kata tumenggung tersebut. “Piye arep nggugu? Nyatane kratone sampeyan mboten rukun og. Wis, rampungna masalah kratonmu sik!” semprot seorang pemuda.
Ketika ditanyai mengenai adegan itu, Dwi Mustanto memang sengaja menempatkan kritikan terhadap kondisi keraton pada saat ini. “Tumenggung saat ini jelas berbeda dengan tumenggung pada masa lalu. Piye arep digugu lha wong keratonmu dhewe kerep gelut og,” terangnya.
Ditemui sebelum acara berlangsung, Pimpinan Produksi Babad Sala, Muhammad Faisal, menjelaskan bahwa dengan adanya Babad Sala, diharapkan mampu menambah wawasan para pemuda tentang sejarah kota mereka. “Biar pemuda lebih tahu asal mula Kota Solo seperti apa, nggak hanya asal numpang nama di sini aja,” jelasnya.
Foto: Dokumentasi Babad Sala