Soloevent.id – Bagi masyarakat Jawa, bubur (disebut juga dengan jenang) bukanlah makanan biasa. Di dalamnya terdapat banyak makna.
Bubur sumsum salah satunya. Penganan yang dibuat dari tepung beras ini punya tekstur lembut. Bubur sumsum disajikan dengan siraman juruh atau kuah gula jawa.
Warna putih buburnya dan rasa manis kuahnya menyimpan filosofi. Warna putih memiliki makna kebersihan hati. Sedangkan rasa manis menunjukkan kesejahterasan, rasa terima kasih, manisnya hidup, dan kebahagiaan.
Jenang sumsum biasanya disajikan kepada orang-orang yang membantu sebuah hajatan besar, misalnya pernikahan, sunatan, dan lainnya. Dalam budaya Jawa, orang-orang itu dikenal dengan sebutan rewangan.
Sebagai bentuk terima kasih atas sikap gotong royong dan saling membantu tersebut, tuan rumah membalasnya dengan menghidangkan bubur sumsum manis.
Bubur sumsum disajikan agar orang-orang yang sudah membantu tersebut bisa melepas lelah. Rasa manisnya dipercaya dapat mengembalikan energi, sementara bubur yang lembut akan memberikan kenyamanan di mulut dan perut serta mudah dicerna.
Bubur sumsum juga diartikan sebagai makanan yang membawa kekuatan dan kedekatan di masyarakat. Biasanya jenang sumsum dimakan secara bersama-sama, sehingga bisa menjalin silaturahmi antarsesama.
Selain jenang sumsum, ada banyak jenang lainnya yang punya sarat makna. Satu di antaranya adalah jenang procot. Mau tahu filosofi jenang procot? Bisa kamu baca di sini.
Oh iya, 17 Februari 2020 mendatang, bakalan ada Semarak Jenang Solo. Di event itu, kamu bisa mencicipi aneka jenang secara gratis. Acara ini diselenggarakan di nDalem Joyokusuman, Gajahan.